HUT Ke-76 RI, Hutama Karya Pamer Progres Tol Trans Sumatera

HUT Ke-76 RI, Hutama Karya Pamer Progres Tol Trans Sumatera

Khoirul Anam - detikFinance
Selasa, 17 Agu 2021 13:09 WIB
Tol Trans Sumatera
Foto: Hutama Karya
Jakarta -

PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) menyebut perseroan mampu menjawab tantangan dengan telah membangun dan mengoperasikan 500 km lebih Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) hanya dalam waktu kurang lebih lima tahun, lebih cepat daripada rata-rata waktu pembangunan pada umumnya. Ini sejalan dengan tema Kemerdekaan ke-76 RI, yaitu Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

Seperti diketahui, belum lama ini Presiden Joko Widodo telah memperlihatkan kondisi jalan tol pertama di Pulau Sumatra itu melalui akun Instagram. Ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur menjadi salah satu strategi yang memberikan daya ungkit bagi percepatan pemulihan ekonomi nasional.

"Jalan tol Trans Sumatera akan memangkas waktu tempuh antar daerah, memperlancar arus barang, dan menghidupkan titik-titik perekonomian baru di sepanjang Pulau Sumatra. Pembangunan dan pengoperasiannya juga menyerap ratusan ribu tenaga kerja," ujar Jokowi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro mengatakan bahwa pembangunan 531 km JTTS memakan waktu kurang lebih lima tahun. Menurutnya, ini lebih cepat daripada rata-rata waktu pembangunan pada umumnya.

Ia juga menyampaikan, dalam pembangunan hingga pengoperasian JTTS, pihaknya telah melakukan berbagai kajian dan analisis dampak kehadiran JTTS bagi lingkungan dan masyarakat sehingga mitigasi risiko dapat dilakukan sejak awal.

ADVERTISEMENT

"Pembangunan dan pengoperasian JTTS kami pastikan tidak merusak ekosistem. Kami sudah hitung AMDAL-nya (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), dan seperti yang disampaikan oleh Pak Presiden bahwa kehadirannya membawa banyak dampak dan manfaat bagi masyarakat khususnya di Sumatra," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (17/8/2021).

AMDAL Sebagai Fondasi Pembangunan JTTS

Ia menjelaskan pembangunan fisik suatu tempat pada umumnya akan menimbulkan perubahan kualitas komponen-komponen lingkungan hidup di sekitar lokasi pembangunan, baik itu perubahan yang berdampak positif maupun perubahan yang berdampak negatif.

Adapun jalan tol merupakan prasarana bagi moda transportasi darat. Menurutnya, keberadaan jalan tol yang menghubungkan antar kota sangat penting untuk memperlancar lalu lalang kendaraan sehingga dapat meningkatkan distribusi baik orang, barang, dan jasa.

Hal ini, kata Koentjoro, pada akhirnya berdampak pada persebaran sumber daya sehingga tempat yang tidak memiliki sumber daya tersebut akan terpenuhi kebutuhannya. Namun, lanjutnya, sebagaimana kegiatan pembangunan pada umumnya, sering kali membawa dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan. Ini merupakan salah satu dampak dari pembangunan jalan tol.

"Apabila kegiatan pembangunan tol tidak dikelola dan direncanakan dengan baik, maka akan timbul dampak negatif yang tak tertangani terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap komponen-komponen lingkungan fisika-kimia, komponen sosial ekonomi-budaya, hingga kesehatan masyarakat," terangnya.

Oleh karena itu, ia menyatakan, pihaknya memperhatikan setiap tahapan dalam proses pembangunan jalan tol. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif yang terjadi dalam proses tersebut.

"Aspek penting dalam proses pembangunan jalan tol yakni tersedianya AMDAL. AMDAL menjadi fondasi awal proses pembangunan dikarenakan mencakup seluruh komponen-komponen yang menyangkut dampak terhadap lingkungan hidup serta menjamin suatu usaha atau kegiatan layak secara lingkungan," kata dia.

Klik halaman selanjutnya untuk mengetahui dampak potensial yang timbul dari JTTS >>>

Mengatasi Dampak Potensial yang Timbul

Diketahui, komponen lingkungan baik fisik maupun kimia timbul sebagai dampak potensial dalam tahapan konstruksi pembangunan jalan tol. Dampak potensial yang timbul di antaranya penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas udara hingga perubahan bentang alam.

Koentjoro menyampaikan bahwa beberapa tindakan yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi timbulnya permasalahan tersebut, yakni penggunaan alat berat, kendaraan dan mesin pendukung yang layak pakai serta terkontrol emisinya, memindahkan drainase eksisting/membuat drainase.

Sementara itu, untuk mengganti drainase eksisting selama pekerjaan tanah berlangsung, perencanaan dan pelaksanaan cut and fill (menguruk tanah) sesuai dengan prosedur yang berlaku mengacu pada SNI dan standar teknis, melakukan penanganan permukaan yang miring dengan perkerasan atau penanaman rumput.

Ia menambahkan, upaya pengelolaan lingkungan juga dilakukan melalui pendekatan teknologi yang mengikuti perkembangan ilmu dan sesuai dengan sifat dampak yang timbul akibat pembangunan jalan tol di masing-masing ruas JTTS. Ia berharap, pendekatan ini mampu mencegah, meminimalisir, dan memperbaiki kerusakan serta menanggulangi pemborosan sumber daya alam.

"Upaya-upaya tersebut di antaranya pada tahap persiapan lahan, Hutama Karya melakukan pematangan lahan secara matang pada area yang terkait dengan irigasi, sehingga fungsi irigasi tidak terputus total, menyediakan kolam-kolam yang berfungsi sebagai penyerap sedimen (sand trap) untuk meminimalisir laju sedimentasi yang berasal dari jalan yang disiapkan untuk jalan tol," ujarnya.

"Sedangkan pada tahap konstruksi Hutama Karya melakukan pemilihan metode aplikasi tiang pancang (bore pile) dalam membangun jembatan penghubung untuk meminimalisir tingkat kebisingan dan timbulnya efek pergerakan tanah yang besar," terang Koentoro.

Buka Lapangan Kerja dan Peluang Usaha

Koentoro menyebutkan Pulau Sumatra membawa peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional di masa mendatang. Menurutnya, Sumatra memiliki potensi besar dalam bidang industri dan jasa.

Ia menegaskan kehadiran pembangunan JTTS dinilai mampu membuka lapangan pekerjaan dan peluang usaha bagi masyarakat di sekitar pembangunan tol. Ia mengaku, pihaknya juga telah melakukan berbagai kajian terhadap munculnya peluang tersebut seperti halnya pada pembangunan jalan tol di ruas Pekanbaru-Bangkinang.

"Data pada tahun 2019 yang bersumber dari Kabupaten Kampar menunjukan bahwa tingkat pengangguran di Kabupaten Kampar yakni 5,93%. Dengan adanya pembangunan Tol Pekanbaru-Pangkalan, peluang kesempatan kerja menjadi terbuka bagi masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten tersebut," jelas Koentjoro.

Koentjoro berharap pembangunan Tol Pekanbaru-Pangkalan, yang merupakan salah satu ruas JTTS, dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga masyarakat, terutama yang berusia produktif dan belum mendapat pekerjaan.

"Untuk itu perlu diberikan peluang berusaha pada proyek pembangunan ini, misalnya membuka warung makan, pertokoan, menjadi bagian dari sub-kontraktor sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk secara ekonomi," lanjut dia.

Klik halaman selanjutnya untuk mengetahui jalan tol hijau dan ramah lingkungan >>>

Jalan Tol Hijau dan Ramah Lingkungan

Selain dari sisi pembangunan, Koentjoro menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk mengutamakan aspek lingkungan, salah satunya dengan selalu mengimbangi pengelolaan infrastruktur yang optimal dengan mendukung kelestarian alam lingkungan sekitar.

"Salah satunya yakni dengan membangun Underpass Perlintasan Gajah (UPG) yang berada di JTTS Ruas Pekanbaru-Dumai (Permai). Sebagai salah satu pelopor jalan tol dengan perlintasan gajah pertama yang ada di Indonesia, Hutama Karya berharap dengan dibangunnya UPG tersebut dapat mempertahankan ekosistem hewan yang ada di sekitar JTTS khususnya hewan Gajah yang habitatnya berada di sekitar JTTS Ruas Permai," jelasnya.

Koentjoro menuturkan bahwa Hutama Karya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) juga melakukan penanaman pakan gajah di sekitar area hutan PT Kojo di sekitar JTTS Ruas Permai. Di samping itu, Hutama Karya rutin melakukan kegiatan penanaman pohon di seluruh ruas tol dan rest area yang dikelola pada setiap peringatan yang berhubungan dengan lingkungan.

"Salah satunya, yakni pada hari Selasa lalu, secara serentak dilakukan penanaman pohon di seluruh ruas tol operasi dalam rangka Hari Konservasi Alam Nasional. Pohon yang ditanam di sekitar jalan tol tersebut juga berfungsi menyerap air yang dapat menjadi pencegah banjir atau pun longsor. Kegiatan penanaman pohon tersebut juga sebelumnya telah dilakukan pada Hari Keanekaragaman Hayati, Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia dan Hari Populasi Dunia," jelas Koentjoro.

Selain itu, kata dia, dari sisi pemeliharaan, Hutama Karya memperhatikan keselarasan lingkungan. Salah satunya dengan dengan mengidentifikasi daerah timbunan, sungai sungai yang ada di sekitar ruas dan struktur tanah untuk mengantisipasi terjadinya longsor ataupun banjir.

Adapun, ia mengungkapkan, pihaknya telah membuat penampang saluran seperti Box Culvert. Box Culvert merupakan salah satu jenis beton precast yang sering digunakan pada konstruksi saluran air dan berfungsi sebagai saluran air atau drainase.

Pelebaran dan pemeliharaan penampang saluran tersebut juga secara rutin dilakukan agar mengantisipasi terjadinya banjir di jalan tol. Kemudian, pihaknya juga telah mempersiapkan tim rescue dan pompa portable/submersible apabila terjadinya banjir di jalan tol yang dikelola.

"Dengan segala strategi dan upaya yang dilakukan oleh Hutama Karya, dari sisi pemeliharaan jalan tol tersebut, belum pernah ditemukan kejadian banjir ataupun longsor yang berarti di JTTS," ujarnya.

Peran lainnya adalah pengendalian banjir daerah sekitar. Pada Desember 2020 lalu, Hutama Karya turut memberikan bantuan dengan mengevakuasi korban serta menjadikan jalan tol sebagai jalan alternatif seluruh masyarakat yang terkena banjir yang melanda Deli Serdang di sekitar JTTS Ruas Medan-Binjai.

Meskipun harus menggunakan beberapa lahan persawahan untuk pembangunan JTTS, kata dia, kehadiran jalan tol memberikan efek yang lebih besar dan berkelanjutan untuk berbagai golongan masyarakat. Dari mempercepat logistik dan distribusi, juga meningkatkan kualitas hasil panen dengan pendistribusian lebih cepat.

Sebagai informasi, Hutama Karya memiliki sistem penyediaan minimal 30 persen lahan khusus untuk UMKM lokal dengan harga sewa yang lebih rendah dari tenant komersial. Ini bertujuan agar masyarakat mendapatkan kesempatan mengembangkan usahanya.

JTTS merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera, kemudian Perpres tersebut disempurnakan menjadi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 117 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera.

Hingga saat ini, Hutama Karya telah membangun JTTS sepanjang 1.065 km dengan 534 Km ruas konstruksi dan 531 ruas operasi. Adapun ruas yang telah beroperasi secara penuh yakni Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (141 km), Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (189 km), Tol Palembang-Indralaya (22 km), Tol Medan Binjai (17 km), Tol Pekanbaru-Dumai (132 km), Tol Sigli-Banda Aceh seksi 3 Jantho-Indrapuri (16 km) dan seksi 4 Indrapuri-Blang Bintang (14 km).


Hide Ads