Konsep Tangkal Banjir Ala Anies Dipakai di Ibu Kota Baru?

Konsep Tangkal Banjir Ala Anies Dipakai di Ibu Kota Baru?

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 24 Feb 2022 11:16 WIB
Perpindahan Ibu Kota Indonesia, Ini Tahapannya
Foto: Istana Negara di Ibu Kota Baru (Dok. Instagram Nyoman Nuarta)
Jakarta -

Konsep Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam menangkal banjir akan dipakai di ibu kota negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Konsep itu adalah drainase vertikal atau sumur resapan yang banyak dikritik.

Penggunaan konsep serupa akan diterapkan dalam pembangunan IKN Nusantara yang disebut kota spons (sponge city). Hal itu termuat dalam lampiran II Undang-undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang IKN.

"Kota spons mengacu pada kota yang berperan seperti spons yang mampu menahan air hujan agar tidak langsung melimpas ke saluran-saluran drainase dan yang mampu meningkatkan peresapan ke dalam tanah sehingga bahaya banjir dapat berkurang serta kualitas dan kuantitas air dapat meningkat melalui penyaringan tanah dan penyimpanan dalam tanah (akuifer)," bunyi lampiran tersebut dikutip detikcom, Kamis (24/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna mengatakan sudah sewajarnya setiap kota memiliki konsep sponge city. Ibu kota baru disebut sangat berpeluang untuk menerapkan konsep itu karena dirancang memiliki ruang terbuka yang sangat luas.

"Kota-kota untuk IKN yang direncanakan dari awal, itu adalah kesempatan besar apalagi potensi penduduknya hanya 1,9 juta. Nah ini kan ada potensi ruang terbuka yang begitu luas dan kita ketahui di IKN itu kota yang sangat terbatas untuk potensi ketersediaan air karena harus membuat bendungan, itu kan seperti apa yang dilakukan Singapura," tuturnya saat dihubungi.

ADVERTISEMENT

Yayat menyebut, konsep drainase vertikal yang diterapkan Anies Baswedan di Jakarta secara garis besar sama dengan kota spons yang akan diterapkan di Ibu Kota Baru.

"Intinya drainase vertikal sama kota spons sama, itu ibarat hanya bagian karena untuk kota spons harus banyak kolam-kolam, retensi (seperti) danau, waduk, kolam penampungan. Jakarta itu susah untuk seperti itu (kota spons) karena pembebasan tanahnya sangat sulit," ujarnya.

Soal konsep Anies yang banyak dikritik, kata Yayat, kondisi tanah di Jakarta tidak cocok untuk konsep tersebut karena jenuh dengan air sehingga sulit terserap.

"Hasil kajian memang pembuatan konsep gagasan itu bagus, tapi tolong perhatikan kemampuan kondisi tanahnya karena sebagian besar kondisi tanah Jakarta bisa dikatakan sudah jenuh air. Makanya ada ribut-ribut kemarin airnya kayak kolam aja, nggak meresap," bebernya.

"Jadi untuk membuat kota spons tuh selidiki dulu, teliti dulu kondisi tanahnya sehingga kalau sudah ada informasi tentang kemampuan daya serap air bagus dengan kondisi tanah yang memang sesuai dengan kemampuan, di situ lah baru dibuat drainase vertikal," tambahnya.

Di sisi lain untuk meresapkan air ke tanah di ibu kota baru, pemerintah melakukan 3 cara yakni:

1. Ruang terbuka hijau dan biru yang tersebar luas, terdistribusi merata, dan tersambung dalam satu-kesatuan tata hidrologis untuk menahan dan menyimpan air serta meningkatkan kualitas ekosistem perkotaan dan keanekaragaman hayati sehingga menciptakan ruang budaya dan rekreasi yang nyaman;

2. Desain fasilitas perkotaan, seperti atap hijau (green rooftop) skala mikro pada bangunan-bangunan dan gedung-gedung untuk menahan air hujan sebelum diserap oleh tanah atau sebelum menjadi limpasan ke saluran drainase dan sungai; dan

3. Desain fasilitas perkotaan pada skala makro, seperti penerapan jalan dan trotoar berpori, biosengkedan, dan sistem bioretensi untuk menahan/menyerap air hujan dengan cepat sehingga memfasilitasi kelancaran dan keselamatan pergerakan kendaraan dan orang.



Simak Video "Video: Melihat Perkembangan Terbaru IKN 2025!"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads