Gagal Lelang
Dia melanjutkan selama ini lelang yang pernah dilakukan selalu gagal karena minimnya partisipasi pihak Jepang. Tak banyak kontraktor Jepang yang tertarik dengan proyek MRT Fase 2. Pelibatan perusahaan Jepang sendiri menjadi salah satu perjanjian kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam pembangunan proyek MRT Jakarta.
Kini, pihaknya juga mendorong pemerintah Jepang agar mau mengajak perusahaan-perusahaan di negaranya untuk menggarap proyek MRT Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu penyebab sangat sulit untuk pelelangan karena partisipasi market Jepang tidak banyak. Kami minta effort Jepang juga untuk mendorong market jepang dan pastikan harga kompetitif," papar Silvia.
Proyek Paling Sulit dan Berisiko
Silvia memaparkan salah satu alasannya adalah risiko dan kesulitan proyek CP 202. Posisi geografis paket ini yang membuat hal itu terjadi.
Maka dari itu saat proses lelang banyak yang enggan menggarapnya. Pun saat dilakukan penunjukan langsung kandidat kontraktor proyek menawarkan harga yang tinggi untuk menggarap proyeknya.
"Memang lokasi CP 202 di Gajah Mada dan Hayam Wuruk ini menjadi area paling sulit untuk pembangunan MRT. Tingkat kesulitan itu dan proses yang risikonya tinggi sekali," ungkap Silvia.
Sebagai contoh masalah saja, di area tersebut ditemukan banyak sekali bangunan lama dan cagar budaya yang mesti dijaga tidak rusak. Namun, area yang ada justru sempit untuk menghindari proyek bersentuhan dengan cagar budaya tersebut.
Ditambah lagi ada juga kali Ciliwung yang jadi hambatan. Kali Ciliwung membuat stasiun dan jalur MRT dibangun lebih dalam di bawah tanah, desain yang berbeda pun harus dilakukan.
Lintasan MRT Jakarta Fase 2 seperti apa? Cek halaman berikutnya.