Pembangunan terowongan untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menghadapi tantangan yang cukup berat. Khususnya di tunnel 2 yang berada di Purwakarta.
Sejumlah cara pun diterapkan untuk membuat terowongan tersebut, hingga mendatangkan ahli dari China.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, pembangunan terowongan ini melewati tanah lempung yang membuat daya dukung tanah berkurang signifikan ketika digali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada saat alat perencana memungkinkan, namun ternyata pada pelaksanaan clayshale-nya itu sangat ekstrem. Jadi tanahnya itu membal, pada saat membal digali, itu membuat daya dukung tanah itu berkurang sampai 80% itu yang menyebabkan longsor. Nah, proses longsoran masif sekali karena ternyata di 1.050 meter tunnel 2 itu semuanya tanah clayshale," terangnya dalam Ask d'Boss detikcom seperti ditulis Senin (4/4/2022).
Beberapa langkah pun diterapkan. Di antaranya memperbanyak titik penggalian hingga dengan metode surface grouting. Pihaknya pun mendatangkan ahli dari China.
"Sudah dilakukan treatment pertama dicoba titik penggaliannya dari 2 jadi 4. Kemudian frame untuk penggalian dari 3 layer three bench menjadi 9 layer double side wall, itu juga belum bisa menjawab masih terjadi longsoran. Akhirnya terakhir surface grouting, di-grouting digali, di-drilling kemudian diisi beton untuk memperkuat posisi tanah di atas permukaan terowongan yang digali. Itulah beberapa ahli tunnel dari China dengan ITB ketemu, diskusi, ketemu solusinya itu," terangnya.
Dia mengatakan, saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi proyek tersebut, solusi ini telah ditemukan. Dia bilang, terowongan itu ditarget rampung pada Mei ini.
"Makanya kemarin, pada saat dikunjungi Bapak Presiden, itu sebenarnya solusinya sudah ada, tinggal penyelesaian. Moga-moga tunnel 2 itu selesai di bulan Mei dan yang namanya unforeseen pasti ada klaim kontraktor, kan kondisi investigasinya tanahnya berbeda pada saat perencanaan dengan pelaksanaan, seperti itu menimbulkan unforeseen, itu cost overrun," ujarnya.
(acd/eds)