PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator Commuter Line Jabodetabek akan melakukan pengadaan 16 rangkaian gerbong kereta buatan PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA. Targetnya, mulai 2024 kereta buatan lokal bakal wira-wiri di lintasan Commuter Line.
Menurut Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, Didiek Hartantyo selama ini KCI menggunakan kereta bekas yang diimpor untuk operasional jaringan Commuter Line. Pihaknya ingin anak usahanya itu memakai produk pabrikan dalam negeri dari INKA.
Didiek mengatakan sejauh ini belum ada angka pasti berapa total harga dari gerbong-gerbong kereta yang dipesan dari INKA. Hanya saja, menurutnya memang rangkaian gerbong kereta pabrikan INKA harganya akan lebih mahal daripada kereta bekas yang diimpor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau cost ini masih terlalu dini. Ini masih MOU. Nanti tahapan kita perdalam detailnya akan diberikan dari sisi KCI. Tapi perhitungan ini sesuai dengan arahan Presiden yang mau transportasi efisien dan ramah lingkungan," ungkap Didiek di kantor Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin (9/5/2022).
"Kalau harganya tentunya mahalan yang paling baru (daripada kereta bekas impor)," katanya.
Di sisi lain, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan saat ini bukan harga beli gerbong keretanya yang penting. Namun kualitas dari keretanya yang jadi perhatian utama. Kereta baru pabrikan dari INKA diharapkan memiliki kualitas lebih baik, umur pakai yang lebih lama, dan juga biaya perawatan yang lebih murah.
"Kita melihat ini total ownership bukan harganya, kan kereta dibeli sekali dipakai puluhan tahun. Nah makanya kualitas harus bagus, karena masa pakai dan maintenance akan lebih murah," ungkap pria yang akrab disapa Tiko.
"Jadi bukan masalah harga, kalau harga beli barang bekas jelas lebih murah tapi cost ke depannya ini yang akan dilihat," tambahnya.
Direktur Utama INKA Budi Noviantoro menambahkan sejauh ini KAI akan melakukan pembelian secara tunai untuk 16 rangkaian gerbong kereta yang dipesan. Hanya saja, sampai sekarang jumlah pasti harganya masih dibicarakan.
"Skema sudah ada segala macam, terakhir memang beli putus. KAI akan pinjam ke perbankan kemudian beli putus," ungkap Budi.
Dia bilang sempat ada opsi leasing atau menyewa, hanya saja opsi tersebut dirasa akan sulit dilakukan. Khususnya bila bicara masalah kepemilikan aset.
"Beberapa skema sudah ada, ada leasing dan segala macam. Cuma kalau leasing nanti problem di ownership-nya. Kalau leasing aset segala macam malah repot maka diputuskan beli putus," jelas Budi.
(hal/das)