Hutama Karya Adopsi Teknologi Ramah Lingkungan di Proyek PLTU Suralaya

ADVERTISEMENT

Hutama Karya Adopsi Teknologi Ramah Lingkungan di Proyek PLTU Suralaya

Erika Dyah - detikFinance
Jumat, 22 Jul 2022 22:45 WIB
Proyek PLTU Suralaya
Foto: Hutama Karya
Jakarta -

PT Hutama Karya (Persero) mengembangkan teknologi ramah lingkungan dalam Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Cilegon, Banten. Teknologi tersebut antara lain Ultra-Super Critical (USC) dan sistem penanganan polusi gas buang yang canggih.

Direktur Operasi II Hutama Karya, Ferry Febrianto mengungkap kedua teknologi tersebut diterapkan dalam salah satu proyek Engineering, Procurement, dan Construction (EPC). Ia menjelaskan teknologi Teknologi Ultra Super Critical memungkinkan pembangkit ini menghasilkan listrik secara effisien dan cost efficient. Sebab jumlah batu bara dan fuel oil yang dibutuhkan lebih sedikit dari sistem pembangkit lainnya. Sehingga akan menghasilkan polusi yang lebih sedikit pula.

"Selain itu, gas hasil buangan juga di-treatment lebih lanjut agar memenuhi standar lingkungan hidup yang berlaku," ujar Ferry dalam keterangan tertulis, Jumat (22/7/2022).

Ia menjelaskan sesuai peraturan, standar baku mutu untuk kandungan gas buang PLTU seperti SOx, Partikulat, dan NOx masing-masing adalah 550 mg/Nm3, 100 mg/Nm3 dan 550 mg/Nm3. Sedangkan teknologi yang dikembangkan Hutama Karya mampu memangkasnya menjadi di bawah 350 mg/Nm3, 30 mg/Nm3, dan 128mg/Nm3 secara berurutan untuk SOx, Partikulat, dan NOx.

Selain itu, teknologi USC memiliki thermal efficiency yang lebih tinggi daripada teknologi Sub-critical dan Supercritical. Semakin tinggi thermal efficiency yang dihasilkan, maka semakin sedikit jumlah batu bara yang dibutuhkan untuk proses pembakaran.

"Artinya, untuk menghasilkan output energi yang sama, teknologi USC membutuhkan jumlah batu bara yang lebih sedikit dari teknologi sub-critical atau supercritical. Ini juga memengaruhi kadar polusi yang dihasilkan," jelasnya.

"Batu bara memiliki kandungan sulfur, di mana apabila dibakar akan menghasilkan sulphur dioxide (SO2). Apabila SO2 dibuang ke atmosfer, dan bercampur dengan awan, maka akan menghasilkan hujan asam. Karena jumlah batu bara yang dibutuhkan lebih sedikit, teknologi USC dapat menghasilkan kandungan SO2 yang lebih sedikit pula, sehingga lebih ramah lingkungan," tegas Ferry.

Ferry mengungkap pengembangan teknologi yang dilakukan pihaknya pada tahun 2021 ini membuat PLTU Suralaya garapan HK meraih Indonesia Green Award (IGA) 2021, sebagai PLTU berteknologi maju ramah lingkungan di Indonesia.

Proses Ramah Lingkungan

Selain USC, lanjut Ferry, PLTU Suralaya dilengkapi dengan sistem penanganan gas buang yang canggih. Proyek ini menggunakan sistem Electrostatic Precipitator, Flue Gas Desulphuration System, dan Selective Catalytic Converter.

Sistem-sistem tersebut memiliki fungsinya masing-masing untuk membuat gas buang dari hasil pembakaran disalurkan ke sistem-sistem tersebut. Sehingga kandungan berbahaya dari gas buang tersebut, seperti Nitrogen Oksida (NOx), Sulphur Oksida (SO2), partikulat padat, dan lainnya dapat dikurangi sampai batas aman atau bahkan dihilangkan.

Klik halaman selanjutnya >>>

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT