Biaya Membengkak, Proyek Kereta Cepat JKT-BDG Diminta Dievaluasi

Biaya Membengkak, Proyek Kereta Cepat JKT-BDG Diminta Dievaluasi

Jihaan Khoirunnisaa - detikFinance
Sabtu, 30 Jul 2022 16:45 WIB
Pekerja berjalan ditengah rel pada proyek pembangunan Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung di Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, hingga Juni 2022 progres fisik pembangunan kereta cepat jakarta bandung telah mencapai 76 persen dari keseluruhan. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/hp.
Progres Terkini Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung/Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan mengimbau pemerintah untuk mengevaluasi keberlanjutan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Hal ini menyusul pihak China yang meminta Indonesia memikul pembengkakan biaya KCJB. Menurutnya hal ini penting, mengingat proyek KCJB yang hingga kini belum tuntas dan menyita dana pembangunan yang begitu besar.

Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden SBY ini pun mengingatkan di tengah keterbatasan keuangan negara, pemerintah harus mampu mengalokasikan semua sumber daya seadil dan seefisien mungkin. Jangan sampai terjebak pada proyek mercusuar, sedangkan di sisi lain kebutuhan mendasar masyarakat tidak tercukupi.

"Jika negara mesti menanggung pembengkakan biaya proyek KCJB ini, mesti ada yang keliru dengan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Kapasitas fiskal kita sudah sangat terbatas, utang juga semakin menggunung. Jika dibebani lagi dengan beban biaya proyek yang semestinya tidak perlu terjadi, tentu ini akan sangat memberatkan keuangan negara. Sudah saatnya perencanaan dan pelaksanaan proyek KCJB ini dievaluasi," ujar Syarief dalam keterangannya, Sabtu (30/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menilai evaluasi kelayakan proyek adalah hal yang lumrah. Apalagi jika pelaksanaan proyek tersebut tidak sesuai, atau meleset jauh dari yang direncanakan. Faktor anggaran menjadi krusial bagi Indonesia yang memiliki daya dukung APBN terbatas, sehingga ia mengatakan sudah menjadi tugas pemerintah untuk memastikan proyek-proyek pembangunan berjalan dengan terencana, terarah, dan presisi.

"Inisiatif pembangunan infrastruktur adalah hal yang baik, namun juga harus ditopang dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik. Perencanaan ini harus berpijak pada skala prioritas dan efisiensi pembiayaan. Hal yang sama juga untuk pelaksanaannya mesti selaras dengan apa yang telah direncanakan. Jika perencanaan dan pelaksanaan bersilang arah dan tidak terencana dengan teliti dan baik, maka tinggal tunggu waktu saja pembangunan itu menjadi kontraproduktif. Inilah esensi dasar pembangunan yang mesti kita hayati bersama," katanya.

ADVERTISEMENT

Dia pun meminta pemerintah segera menjelaskan nasib keberlanjutan proyek KCJB. Terlebih menurutnya proyek ini cukup menyita perhatian banyak kalangan. Mulai dari isu pembebasan lahan, pembiayaan yang katanya tidak melalui APBN, kemudian berubah menjadi di-support oleh APBN, hingga pemerintah RI yang diminta menanggung pembengkakan biaya dalam pengerjaan proyek Kereta cepat.

"Saya kira yang terpenting adalah pemerintah harus mampu menjelaskan kepada rakyat tentang nasib dan keberlanjutan proyek KCJB ini. Jika menilik dari sisi daya ungkit infrastruktur untuk perekonomian, saya kira semua akan setuju," tuturnya.

"Namun ini kembali lagi pada soal prioritas pembangunan dan kondisi negara saat ini dan meminggirkan aspek pembangunan lain, terutama soal kebutuhan pokok rakyat, narasi itu patut dipertanyakan," tandasnya.




(prf/ega)

Hide Ads