Kok Bisa Tol BSD Jadi Langganan Banjir? Ini Biang Keroknya!

Kok Bisa Tol BSD Jadi Langganan Banjir? Ini Biang Keroknya!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 30 Sep 2022 14:35 WIB
Banjir di Tol BSD, Serpong, Tangerang Selatan terjadi pada Jumat (23/9) malam. Lalu lintas di lokasi banjir pun sempat dialihkan. Kini banjir sudah surut.
Foto: Andhika-detikcom
Jakarta -

Tol BSD atau ruas tol Pondok Aren-Serpong akhir-akhir ini menjadi langganan banjir. Setiap kali hujan deras mengguyur dengan intensitas yang besar, tol tersebut seringkali kebanjiran.

Menurut Koordinator Indonesia Toll Road Watch (ITRW) Deddy Herlambang biang kerok yang membuat Tol BSD menjadi langganan banjir ternyata cukup besar dan meluas. Menurut Deddy, biang kerok utama Tol BSD kerap kebanjiran adalah buruknya rencana tata guna lahan yang dilakukan oleh Pemkot Tangerang Selatan.

Tol BSD sendiri sudah cukup tua umurnya, Deddy bilang tol itu sudah dibangun sejak medio awal 1990-an. Namun, ternyata rencana tata ruang dan wilayah di sekitar jalan tol sangat buruk sehingga setelah sekitar 30 tahun tol itu eksis masalah baru bermunculan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini hubungannya sama masalah tata guna lahan juga. Jadi gini tol kan dibangun setahu saya tahun 1990an lah, 1992 kayaknya. Nah sekarang kan 2022, sudah 30 tahun di situ. Jadi ini perencanaan tol itu sendiri tidak mampu menyelesaikan permasalahan ke depan. RT-RW-nya buruk," ungkap Deddy kepada detikcom, Jumat (30/9/202).

Deddy menyebut di tahun 1990-an daerah sekitar Tol BSD belum terbangun masih banyak sekali lahan kosong. Namun kini pembangunan terjadi dengan pesat, lingkungan di sekitar jalan tol jadi sangat padat.

ADVERTISEMENT

Saking padatnya tidak ada lagi sumur resapan air dan daya tampung air hujan di sekitar jalan tol. Semua berubah menjadi pemukiman.

Maka wajar saja bila saat curah hujan tinggi dan debit air meningkat, air jadi ikut mengalir ke drainase kawasan tol. Karena drainase jalan tol tak kuat menampung debit air yang besar akhirnya air menggenang di jalan tol.

"Kan dulu tahun dibangunnya itu masih kosong, Bintaro ke BSD masih lahan kosong, masih banyak hutan, masih tanah-tanah. Sekarang kan padat, padat sekali. Sudah banyak yang pindah ke sini. Maka penampungan debit air tidak ada, akhirnya mengalir ke jalan tol," ungkap Deddy.

"Yang dulu banyak daerah serapan dan daya tampung air hujan, nah sekarang tidak ada rumah semua," sebutnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Masalah bertambah dengan adanya kualitas buruk penanganan drainase di pemukiman sekitar jalan tol. Pada akhirnya debit air yang berlebihan ikut menggenang bahkan merendam jalan tol. Apalagi di sekitar titik banjir Tol BSD diketahui ada aliran sungai yang sering meluap karena buruknya sistem drainase Pemkot Tangerang Selatan.

"Jadi lemahnya fungsi drainase di perumahan-perumahan itu yang jadi korban adalah jalan tol itu sendiri. Jadi ketika semua aliran sungai atau drainase itu dialirkan ke drainase tol jadi debit airnya tidak mampu. Pada akhirnya antara Pondok Aren ke BSD jadi sering tenggelam. Karena tata guna lahannya kurang baik," ungkap Deddy.

"Jadi kalau fungsi drainase lemah dan perencanaan tata kota buruk jadinya begitu," sebutnya.

Meskipun masalah yang terjadi bukan disebabkan oleh operator jalan tol, Deddy tetap menyoroti ada kesalahan yang dilakukan oleh operator. Hal tersebut adalah kurangnya early warning system atau sistem peringatan sebelum banjir terjadi.

Seharusnya operator jalan tol pun sigap apabila tanda-tanda banjir sudah akan terjadi jangan sampai tol masih dibuka dan membuat banyak kendaraan masuk. Bila sudah ada tanda-tanda banjir, lebih baik operator menutup jalan tolnya.

Selama ini, menurut Deddy, operator tetap membuka jalan tol saat tanda-tanda banjir mulai terlihat. Baru ketika banjir terjadi, macet tak terelakkan, operator baru memberikan informasi kepad pengguna jalan untuk mencari alternatif. Kasus-kasus banjir terakhir, operator akhirnya menutup jalan tolnya ketika banjir sama sekali tak bisa dilewati dan antrean kendaraan sudah mengular.

"Harusnya tetap tanggung jawab operator juga. Kan ada SPM. Jadi dia harusnya kalau debit air tinggi audah ada early warning system nya. Tol tutup saja kalau sudah ada tanda-tanda banjir, jangan memaksa orang masuk dulu. Setidaknya kan ada CCTV di semua tempat jadi kelihatan kalau mau banjir," kata Deddy.

"Kenapa boleh masuk boleh masuk, jangan terima duit saja. Masalahnya di sana juga," ungkapnya.


Hide Ads