Bendungan kering di Ciawi dan Sukamahi merupakan yang pertama kalinya dibangun di Indonesia sebagai upaya merespons risiko bencana hidrometeorologi di Jakarta dan sekitarnya.
Pengoperasian dua bendungan ini akan menggunakan Aplikasi Sistem Manajemen Air Terpadu (SIMADU) Kementerian PUPR dengan memanfaatkan data klimatologi dari BMKG yang menampilkan laporan kejadian banjir/kekeringan, prakiraan cuaca dan hari tanpa hujan, termasuk prakiraan banjir dan kekeringan.
Menurut data Kementerian PUPR, pembangunan Bendungan Sukamahi sudah direncanakan sejak tahun 1990-an dan mulai dibangun tahun 2017. Kontrak pembangunannya senilai Rp 464,93 miliar dengan kontraktor pelaksana PT. Wijaya Karya-Basuki KSO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bendungan Sukamahi didesain tipe urugan random inti miring dengan tinggi puncak 55 meter, lebar 9 meter dan panjang 169 meter. Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare dengan manfaat mereduksi banjir sebesar 15,47 meter kubik per detik.
Sama dengan Bendungan Sukamahi, Bendungan Ciawi juga didesain tipe urugan random inti miring dengan tinggi puncak 55 meter, lebar 9 meter dan panjang 334,5 meter. Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,05 juta meter kubik dan luas area genangan 39,40 hektare untuk mereduksi banjir sebesar 111,75 meter kubik per detik.
Kontrak pembangunannya senilai Rp 798,70 miliar dengan kontraktor pelaksana PT. Brantas Abipraya dan PT. Sacna (KSO).
Dari data debit banjir 50 tahun-an, Kementerian PUPR memperkirakan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi dapat mengurangi debit banjir di Pintu Air Manggarai sebesar 577,05 meter kubik per detik.
(hal/dna)