Misi Pemerintah, Infrastruktur Digenjot tapi Jangan Banjir Impor

Misi Pemerintah, Infrastruktur Digenjot tapi Jangan Banjir Impor

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 24 Nov 2022 10:44 WIB
Progres pembangunan Rumah Susun Sewa Tingkat Tinggi (RTT) Pasar Rumput terus dikebut. Rencananya proyek tersebut akan selesai pada akhir 2018.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pemerintah tidak lagi memberi toleransi kepada produk impor dalam pembangunan infrastruktur. Hal ini disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono dalam pembukaan 'Infrastructure Connect 2022' yang digelar di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Pembangunan infrastruktur yang mandiri menggunakan produk dalam negeri. Sesuai perintah bapak presiden, dilarang impor. Kalau dulu (perintah presiden) mengutamakan produksi dalam negeri. Tapi yang sekarang perintahnya dilarang impor. Apalagi menggunakan APBN. Di APBN itu sudah lebih dari 400 triliun yang dibelanjakan dengan TKDN yang tinggi. Di Kementerian PUPR sendiri dari rata-rata Rp 120 triliun per tahun, 80-90 persen adalah dengan TKDN. Dan itu saya jaga betul," tegas Basuki dalam pernyataan tertulis, Kamis (24/11/2022).

Untuk itu ia berharap semua elemen yang terlibat sama-sama memajukan industri konstruksi tanah air dengan nilai-nilai perjuangan. Basuki mengancam akan menindak tegas jajarannya yang berani membelanjakan anggaran PU dengan barang non TKDN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menanggapi hal itu, Vice President Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi sangat mengapresiasi langkah Kementerian PUPR yang terus mempersempit ruang gerak penggunaan barang impor. Menurutnya, penggunaan produk dengan TKDN tinggi dapat membantu memulihkan perekonomian bangsa yang sempat terpuruk karena pandemi.

"Dengan meningkatnya penggunaan produk-produk dalam negeri, otomatis industri tanah air juga ikut berkembang. Dampaknya pemulihan ekonomi nasional juga dapat segera terwujud," ujar pimpinan perusahaan baja ringan terbesar di Indonesia itu.

ADVERTISEMENT

Pihaknya juga berkomitmen mendukung upaya memajukan industri konstruksi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan membangun Indonesia. Tak hanya dengan menghadirkan produk-produk baja ringan yang sudah 100 persen buatan Indonesia, namun juga menerapkan green industries yang ramah lingkungan.

"Semangat juang untuk membangun Indonesia sudah kami tanamkan di Tatalogam Group sejak awal berdiri tahun 1994 silam. Kini, semangat dalam mengejar target 2060 Zero Emission yang tengah kami tingkatkan," ungkapnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Simak juga Video: Bahas Penguatan Infrastruktur di G20, Jokowi Bawa-bawa IKN

[Gambas:Video 20detik]




Stephanus menjelaskan, saat ini ada 3 hal yang jadi fokus perhatian Tatalogam Group dalam mewujudkan green industries ini. Pertama adalah mengukur dan mengurangi Karbon Dioksida (CO2) yang dilepaskan ketika produksi.

Kedua lebih bijak dalam penggunaan energi. Caranya dengan melakukan penggantian dari energi konvensional dengan energi yang lebih lebih sustainable seperti tenaga surya ataupun angin. Terakhir adalah dengan pengelolaan limbah yang lebih baik.

Menurutnya limbah baja sebenarnya 100 persen bisa didaur ulang. Namun yang harus tetap diperhatikan adalah transportasi dalam proses pemindahan limbah baja tersebut yang juga membutuhkan energi.

"Pengelolaan limbah dari baja ini juga perlu kita tingkatkan. Maka dari itu tahun ini bersama Kemenperin kita sudah menyusun rancangan standar industri hijau untuk baja lapis aluminium seng dan baja lapis seng. Dan diharapkan kalau sudah ada standarnya nanti kita punya satu ekosistem yang lebih sustainable menuju ke 2050 zero emission," tegas Stephanus.


Hide Ads