Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) menjadi transportasi bebas emisi karena menggunakan tenaga listrik. Dengan penggunaan energi yang lebih bersih, KCJB dapat menekan emisi CO2.
"Adanya sumber energi listrik, KCJB turut serta menekan emisi CO2 karena penggunaan bahan bakar dari energi yang lebih bersih," tulis akun Instagram KCJB @keretacepat_id, dikutip Rabu (3/5/2023).
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Departement for Transport Britania Raya (DfT), karbon per mil penumpang dari kereta listrik lebih rendah hingga 35% dibandingkan kereta diesel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengoperasikan KCJB, stasiun, dan seluruh peralatan yang terpasang di trase KCJB dari Halim hingga Tegalluar, dibutuhkan kekuatan hingga 246,3 MVA. Kemudian tenaga listriknya akan disalurkan melalui jaringan Listrik Aliran Atas atau Overhead Catenary System (OCS).
"Progres pemasangan OCS dari Stasiun KA Cepat Halim hingga Stasiun KA Cepat Tegalluar sudah mencapai di atas 80% seluruhnya. Bahkan untuk ruas Padalarang hingga Stasiun Tegalluar pemasangannya telah mencapai 100%," lanjutnya.
Sebelumnya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Commercial Operation Date (COD) dilakukan tanggal 18 Agustus 2023 dan dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi). KCJB bakal menjadi kado ulang tahun Indonesia.
"Kita berharap tanggal 18 Agustus Presiden akan meresmikan. Tapi trial akan dimulai bulan Mei. Kita mau bikin hadiah buat republik ini, bukan mundur," jelasnya di Stasiun LRT Dukuh Atas.
(das/das)