Bangun LRT di Bali Nggak Mudah, Biaya Besar-Rawan Mangkrak

Bangun LRT di Bali Nggak Mudah, Biaya Besar-Rawan Mangkrak

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 12 Mei 2023 17:26 WIB
Tarif LRT
Foto: Ilustrasi LRT (Denny Pratama Putra/detikcom)
Jakarta -

Pemprov Bali punya rencana membuat moda transportasi umum baru. Kereta ringan alias LRT bakal dikembangkan di Pulau Dewata.

Namun, nyatanya membangun LRT di Pulau Bali tidak sepenuhnya mudah. Ketua Forum Perkeretaapian dan Angkutan Antar Kota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana mengatakan biaya yang besar hingga ancaman mangkrak menjadi beberapa hambatan untuk membangun LRT di Bali.

Beberapa yang harus diperhatikan adalah kelayakan finansial, sumber pembiayaannya, ketersediaan lahan, hingga dampak lingkungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pembangunan LRT memerlukan kajian yang panjang dan mendalam. Terutama dari kelayakan finansial, ketersediaan lahan, pembiayaan, analisa dampak lingkungan dan dampak lalu lintas dan lainnya," ungkap Aditya kepada detikcom, Jumat (12/5/2023).

Potensi mangkrak juga disebutkan Aditya sebagai hambatan pembangunan LRT. Pasalnya, masa kontruksi LRT tidak sebentar dan biayanya juga bisa membengkak.

ADVERTISEMENT

"Masalahnya, masa konstruksinya juga sangat panjang dan sering terkendala pembiayaan dan pengadaan lahan," sebut Aditya.

Soal biaya sendiri, dari hasil feasibility study atau analisis kelayakan proyek yang dilakukan Pemprov Bali dengan pihak Korea Selatan, LRT Bali disebut butuh biaya pembangunan mencapai Rp 10 triliun.

"Yang jelas, dari hasil yang keluar perkiraan itu anggaran Rp 10 triliun, untuk pembiayaan infrastruktur dan prasarananya," ujar Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta kepada detikBali.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang mengatakan urusan adat istiadat yang kental di Bali bisa menghambat pembangunan proyek. Nantinya, pihak kontraktor ataupun operator harus pintar-pintar menyelesaikan masalah dengan kearifan lokal.

"Potensi problem hanya pada masalah adat-istiadat setempat yang memang harus diselasaikan dengan kearifan lokal. Misalnya, berdasarkan mitologi agama Hindu mungkin ada larangan tertentu untuk pemilihan trase-trase relnya," ungkap Deddy dihubungi terpisah.

Deddy juga mengatakan bila LRT benar-benar dibuat akan menjadi pekerjaan rumah besar untuk mempromosikannya. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi, termasuk wisatawan di Bali.

"Kebiasaan masyarakat kita yang memang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan angkutan umum juga bisa jadi problem," ujar Deddy.

(hal/dna)

Hide Ads