Sederet Hal yang Bisa Bikin LRT di Bali Cuma Jadi Angan-angan

Sederet Hal yang Bisa Bikin LRT di Bali Cuma Jadi Angan-angan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 02 Jun 2023 11:00 WIB
Ilustrasi LRT Jabodebek di pemberhentian terakhir stasiun/pool Cibubur.
Ilustrasi LRT. Foto: Tri Aljumanto
Jakarta -

Moda transportasi LRT direncanakan akan hadir di Pulau Bali. Studi kelayakan untuk proyek pembangunan LRT di Pulau Dewata sudah mulai digarap langsung oleh pihak Korea Selatan.

Namun nyatanya, membangun LRT di Pulau Bali tidak sepenuhnya mudah. Wakil Ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menyebutkan rencana LRT Bali selama ini bagaikan jalan di tempat. Sudah ada sederet studi dilakukan, namun pembangunannya tak kunjung mulai.

Menurut Djoko rencana LRT Bali selama ini tak kunjung terlaksana karena kemauan Pemerintah Daerah kurang serius untuk menggarap proyek ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini studi-studi aja terus kan. Wacananya udah lama, sejak sebelum pandemi itu udah ada. Ini Pemdanya kurang mau push, dia transportasi umum yang sudah ada saja tidak dimaksimalkan, kan sudah ada Metro Dewata, tapi sepi-sepi aja tidak dipromosikan juga," ungkap Djoko ketika dihubungi detikcom, Kamis (1/6/2023).

Hal itu membuat kesan seakan-akan bisnis transportasi umum kurang menguntungkan di Bali, jadi tidak ada investor yang mau serius membangun LRT di Pulau Dewata. Terlebih modal bikin LRT diketahui memang besar. Padahal, sebenarnya kebutuhan transportasi umum itu sangat besar di Bali.

ADVERTISEMENT

"Itu kan pemerintahnya nggak berani ibaratnya menekan masyarakat untuk naik umum, nggak kayak di Jakarta. Sewa mobil, sewa motor tumbuh subur nggak ditahan. Selama nggak ada push strategy ya transportasi umum di sana sepi aja, padahal kebutuhannya ada," beber Djoko.

Di sisi lain, Ketua Forum Perkeretaapian dan Angkutan Antar Kota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana mengatakan biaya yang besar hingga ancaman mangkrak menjadi beberapa hambatan untuk membangun LRT di Bali.

Beberapa yang harus diperhatikan adalah kelayakan finansial, sumber pembiayaannya, ketersediaan lahan, hingga dampak lingkungan.

"Pembangunan LRT memerlukan kajian yang panjang dan mendalam. Terutama dari kelayakan finansial, ketersediaan lahan, pembiayaan, analisa dampak lingkungan dan dampak lalu lintas dan lainnya," ungkap Aditya kepada detikcom.

Potensi mangkrak juga disebutkan Aditya sebagai hambatan pembangunan LRT. Pasalnya, masa konstruksi LRT tidak sebentar dan biayanya juga bisa membengkak.

"Masalahnya, masa konstruksinya juga sangat panjang dan sering terkendala pembiayaan dan pengadaan lahan," sebut Aditya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang mengatakan urusan adat istiadat yang kental di Bali bisa menghambat pembangunan proyek. Nantinya, pihak kontraktor ataupun operator harus pintar-pintar menyelesaikan masalah dengan kearifan lokal.

"Potensi problem hanya pada masalah adat-istiadat setempat yang memang harus diselesaikan dengan kearifan lokal. Misalnya, berdasarkan mitologi agama Hindu mungkin ada larangan tertentu untuk pemilihan trase-trase relnya," ungkap Deddy dihubungi terpisah.

Deddy juga mengatakan bila LRT benar-benar dibuat akan menjadi pekerjaan rumah besar untuk mempromosikannya. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi, termasuk wisatawan di Bali.

"Kebiasaan masyarakat kita yang memang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan angkutan umum juga bisa jadi problem," ujar Deddy.

(hal/das)

Hide Ads