Tarif LRT Jabodebek sudah ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 tahun 2023 tentang Tarif Angkutan Angkutan Orang dengan Kereta Api Ringan (LRT) Terintegrasi Jabodebek untuk Melaksanakan Kewajiban Pelayanan Publik.
Kementerian Perhubungan menetapkan tarif LRT Rp 5.000 untuk kilometer (km) pertama dan Rp 700 per km berikutnya. Dengan angka sebesar itu, tarif dari ujung ke ujung akan menjadi Rp 20 ribuan.
Dari Bekasi misalnya, dari Stasiun Jatimulya ke Dukuh Atas tarifnya mencapai Rp 23.900. Sementara itu, dari Stasiun Harjamukti Cibubur tarifnya mencapai Rp 21.800.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom mencoba mencari tahu apakah masyarakat setuju dengan tarif yang sudah ditetapkan pemerintah untuk LRT Jabodebek dengan membuat polling kepada pembaca. Hasilnya, mayoritas pembaca mengaku tak setuju dengan tarif yang sudah ditetapkan.
Dari total 23 suara pembaca, 19 di antaranya mengaku tak setuju dengan tarif LRT Jabodebek yang ditetapkan. Alasannya bulat dan satu suara, tarif LRT Jabodebek kemahalan!
Salah satu pembaca bernama Sampurno mengaku sangat tidak setuju dengan tarif yang ada. Menurutnya, tarif LRT Jabodebek seharusnya bisa lebih murah, dia meminta subsidi diberikan lebih banyak. Setidaknya sekali jalan tidak lebih dari Rp 10.000 untuk rute terjauh.
"Sangat tidak setuju, di negara manapun yang namanya transportasi umum sudah seharusnya di subsidi oleh negara dan nilai tarif setelah subsidi pun seharusnya bisa di bawah angka psikologis yaitu di bawah Rp 10.000 untuk tarif terjauh," katanya dalam polling.
Belum lagi masyarakat harus direpotkan dengan biaya first mile dan last mile alias biaya transportasi untuk menuju stasiun dan menuju tujuan akhir dari stasiun. Bila ternyata tarif tetap mahal, menurutnya lebih baik naik kendaraan pribadi saja daripada naik transportasi umum.
"Kalau hitung-hitungannya mahal begini, lebih baik bawa kendaraan dari rumah ke kantor, misal pakai motor, tinggal kita pagikan saja berangkatnya jika LRT cuma concern masalah kecepatan waktu," ungkap Sampurno.
![]() |
Nath Serenade ikut menyatakan tidak setuju dengan tarif yang ditetapkan. Menurutnya, tarif yang ada dan ditetapkan saat ini terlalu memberatkan.
"Maaf tidak setuju, dengan tarif segitu terlalu memberatkan, idealnya adalah 15 ribu maksimal. Jangan hanya memberatkan di penumpang," kata Nath.
Dia menyarankan daripada memberatkan masyarakat sebagai penumpang, seharusnya operator LRT Jabodebek mencari keuntungan lain selain dari pendapatan tiket.
"Halte atau tiang LRT bisa dijadikan tempat beriklan, sehingga pemasukan bukan hanya dari penumpang," sebutnya.
Penolakan terhadap tarif LRT Jabodebek juga datang dari Toni. Menurutnya, kalau memang pemerintah ingin menekan kemacetan lebih baik memberikan akses angkutan umum semurah mungkin.
"Harusnya tarik ERP untuk pengguna kendaraan pribadi, kemudian tarif angkutan umum dimurahkan lagi, jangan malah bergerak mundur," ungkap Toni.
Ada yang Setuju dengan Tarif LRT Jabodebek
Di lain pihak, Widi Warsino mengaku setuju dengan tarif yang sudah ada. Menurutnya, yang paling penting adalah penggunaan kendaraan umum diperbanyak untuk mengurangi polusi dan penggunaan BBM.
"Kalau banyak masyarakat tidak setuju berarti mereka lebih ingin menghirup polusi & buang-buang BBM karena macet di jalan," ujar Widi.
Andi Widjaja juga setuju dengan tarif yang sudah ditetapkan. Menurutnya, LRT Jabodebek memiliki nilai tambah daripada transportasi lain ataupun penggunaan kendaraan pribadi.
Bagi yang merasa keberatan dengan tarif yang ada, Andi mengatakan lebih baik mencari alternatif transportasi yang lain.
"Kalau ujung ke ujung, ya setuju saja mengingat seharusnya perjalanan LRT lebih terjadwal, cepat dan harapannya nyaman dan aman. Bagi masyarakat tinggal memilih, angkutan umum mana yang tersedia dan memadai untuk masing-masing," kata Andi.
(hal/ara)