Berbagai industri kini telah menerapkan AI. Salah satunya, tanpa terkecuali, adalah sektor kebandarudaraan. Peluang kini sedang dikaji PT Angkasa Pura (AP) II.
President Director AP II Muhammad Awaluddin mengungkap pemanfaatan AI di sektor penerbangan nasional sejatinya tak bisa dihindari. Kecerdasan buatan bisa mempermudah pengelolaan 20 bandara yang berada di bawah kewenangan AP II.
Ia pun mengatakan pemanfaatan kecerdasan buatan untuk transportasi udara saat ini sedang dibahas secara serius di internal AP II. Menurutnya Awaluddin, pemanfaatan AI bisa membantu AP II menggapai berbagai hal. Mulai dari meningkatkan standar operasi, fasilitas, pelayanan dan komersial di bandara.
Hal senada juga dilontarkan oleh Dwi Ananda, Dwi Ananda, EGM Bandara Soekarno-Hatta yang juga sebagai Ketua Sub Tim DX PMO Transformasi Bandara Soekarno-Hatta. Dwi mengatakan pemanfaatan AI bisa meningkatkan lalu lintas penerbangan dan membuat alur penumpang pesawat (flow) di terminal bandara semakin efektif dan efisien.
"Begitu juga dengan fasilitas. Meski saat ini sudah ditunjang berbagai teknologi, namun melalui AI kami ingin fasilitas dapat lebih efisien dan optimal dalam hal pemeliharaan, penggunaan energi, dan serta menghadirkan layanan secara lebih personalisasi," ujar Dwi dalam siaran pers, ditulis Jumat (8/9/2023).
Dari aspek komersial AI dapat membantu bandara menghadirkan layanan yang lebih spesifik. Salah satunya dengan layanan ritel yang sesuai keinginan pelanggan. "Melalui AI, kami bisa menganalisa secara efektif secara menyeluruh ke semua aspek, tanpa perlu effort yang banyak lagi untuk memilah data, menyalin data, dan mengolah data," ujar Dwi.
Adapun dari aspek operasional, AI juga bisa mengoptimalkan ketersediaan waktu terbang keberangkatan dan kedatangan (slot time). Teknologi tersebut bakal memudahkan AP II menganalisa slot time Bandara Soekarno Hatta yang jumlahnya mencapai rata-rata 1.300 penerbangan per-hari.
Dengan AI bernama advanced analytics, Dwi mengatakan AP II akan semakin mudah mengoptimalkan slot time penerbangan. "Apabila kami bisa memanfaatkan AI advanced analytics dalam analisis ini maka hasil dapat lebih cepat dengan tingkat keakuratan tinggi sehingga bisa cepat mendukung kami dalam mengambil kebijakan optimal seperti pembagian periode waktu penerbangan, mengakomodir permintaan, serta mendukung efektivitas penerbangan," ujarnya.
Sementara dari aspek pelayanan penumpang, AI juga membantu AP II dalam melaksanakan passenger sentiment analytics atau analisa sentimen penumpang. Pengelola bandara bisa mengetahui keinginan, keluhan, bahkan kritik penumpang terhadap layanan yang disediakan oleh AP II.
"Ini dapat mendorong kami menciptakan layakan lebih personalisasi (personalized) dan bukan layanan untuk semua (fit for all)," jelas dia.
Berbagai wacana tersebut pun ditanggapi positif oleh Presiden Kolaborasi Riset dan Inovasi industri Kecerdasan Artificial (KORIKA) Hammam Riza. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) periode 2019-2021 ini mendukung upaya AP II memanfaatkan AI di berbagai bandara.
Menurutnya, implementasi teknologi pintar tersebut adalah pertanda industri kedirgantaraan Indonesia memiliki masa depan yang cerah. Ia mengaku siap membantu jika dibutuhkan.
"KORIKA bersama-sama stakeholder siap membangun value creation terutama untuk AP II dalam mencapai future airport ecosystem, berkolaborasi dengan membangun bandara masa depan dengan AI," jelas dia.
(kil/kil)