PT INKA (Persero) bersama sejumlah instansi lain tengah menggarap proyek pengembangan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya made in Indonesia bernama Merah Putih. Namun, berapa biaya investasi yang dibutuhkan untuk menjalankan proyek ini?
Menurut sepengetahuan Senior Manager Humas dan Kantor Perwakilan INKA, Agung Dwi Cahyono, menjelaskan proyek ini membutuhkan investasi sekitar Rp 3-4 miliar. Dana ini berasal dari bantuan dana riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) serta instansi-instansi terkait lainnya, termasuk INKA.
Selain INKA dan LPDP, pengembangan Kereta Cepat Merah Putih juga dikerjakan secara bersamaan oleh sejumlah instansi seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Investasinya Rp 3-4 miliar kalau nggak salah, setahu saya. Tapi sebenarnya nggak gitu, bahwa sebenarnya kita (INKA dengan instansi lain yang bersangkutan) saling mewujudkan sharing dana lah. Mungkin dibantu sama (dana) penelitian LPDP, tapi prinsipnya nggak dikasih dana pun tetap jalan (mengembangkan kereta cepat) kita," kata Agung kepada detikcom, Selasa (10/10/2023).
Meski begitu Agung tidak membantah bila dengan adanya bantuan dana serta sinergi dengan sejumlah instansi ini membuat pendanaan riset INKA menjadi lebih mudah. Sebab dana penelitian yang dimiliki perseroan memiliki keterbatasan dan pihaknya masih harus melakukan pengembangan di proyek lain.
"Memang ada, kalau kita dana riset ya ada, tapi nggak mungkin banyak. Ya bisa aja kita sesuaikan, tapi prinsipnya dengan adanya sinergi antara BRIN, INKA, LPDP-nya, dan ya siapa aja lah yang sharing, artinya kita jadi ringan kan dari pendanaannya," ungkapnya.
Sebagai informasi, dalam pengembangan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya ini sendiri pihak INKA bertanggung jawab untuk merancang dan membuat car body aluminium dan bogie kereta cepat. Sedangkan untuk BRIN, lembaga riset RI ini akan bertugas sebagai penguji teknologi.
Kemudian ada LPDP dalam bidang bantuan pendanaan. Sementara itu untuk ITS, UGM, dan ITB bertugas untuk melakukan riset dan perancangan dari segi aerodinamis hingga masalah penggerak Kereta Cepat Merah Putih Nantinya.
Pihak INKA sendiri telah menargetkan penyelesaian rancangan car body aluminium dan bogie tahun ini. Setelahnya perseroan akan membuat prototype untuk kemudian diuji oleh BRIN.
"Jadi targetnya tahun ini kita lagi on paper dulu, nah tahun depan saya sama tim teman-teman INKA ya itu fokus nanti kita akan mulai merancang itu, perlahan mungkin beli materialnya dulu, aluminium lah, dan sama steal-stealnya bogie. Targetnya tahun depan memang, setelah selesai itu baru minta BRIN untuk diuji coba," katanya.
Setelah semua itu, direncanakan pihak INKA serta lembaga penggarap Kereta Cepat Merah Putih akan berkumpul kembali untuk mulai membuat prototype kereta. Rencananya prototype ini dapat meluncur tahun 2026 mendatang.
"Setelah selesai tahun depan, tahun 2026 nanti kita akan kumpul lagi. Yang bagian sistemnya, motornya seperti apa, kemudian dilanjut moncong yang dirancang ITS seperti apa, nanti ngumpul lagi bareng-bareng kita membuat untuhnya kereta tadi," tutur Agung.
(fdl/fdl)