Mantapnya RI Diam-diam Garap Kereta Cepat Sendiri, Bakal Meluncur 2026

Mantapnya RI Diam-diam Garap Kereta Cepat Sendiri, Bakal Meluncur 2026

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 11 Okt 2023 08:00 WIB
INKA di Hub Space 2023
INKA di Hub Space 2023/Foto: Achmad/detikcom

Berapa Nilai Investasi Kereta Cepat Merah Putih?

Terkait biaya yang diperlukan untuk mengembangkan Kereta Cepat Merah Putih, menurut sepengetahuan Agung proyek ini membutuhkan investasi Rp 3-4 miliar. Dana ini berasal dari bantuan dana riset LPDP serta instansi-instansi terkait lainnya, termasuk INKA.

"Investasinya Rp 3-4 miliar kalau nggak salah, setahu saya, tapi sebenarnya nggak gitu, bahwa sebenarnya kita (INKA dengan instansi lain yang bersangkutan) saling mewujudkan sharing dana lah. Mungkin dibantu sama (dana) penelitian LPDP, tapi prinsipnya nggak dikasih dana pun tetap jalan (mengembangkan kereta cepat) kita," kata Agung.

Meski begitu Agung tidak membantah bila dengan adanya bantuan dana serta sinergi dengan sejumlah instansi ini membuat pendanaan riset INKA menjadi lebih mudah. Sebab dana penelitian yang dimiliki perseroan memiliki keterbatasan dan pihaknya masih harus melakukan pengembangan di proyek lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang ada, kalau kita dana riset ya ada, tapi nggak mungkin banyak. Ya bisa aja kita sesuaikan, tapi prinsipnya dengan adanya sinergi antara BRIN, INKA, LPDP-nya, dan ya siapa aja lah yang sharing, artinya kita jadi ringan kan dari pendanaannya," ungkapnya.

Beda Kereta Cepat Merah Putih dengan Whoosh

Baru-baru ini, Indonesia secara resmi menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan kereta cepat usai diluncurkannya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh. Lantas apa perbedaan kereta cepat made in Indonesia ini dengan kereta cepat Whoosh?

ADVERTISEMENT

Agung mengatakan, perbedaan utama antara kereta cepat yang mau dibuat di dalam negeri dengan Whoosh adalah kecepatan saat melintas. Berbeda dengan Whoosh yang mampu melintas hingga 350 km/jam, Kereta Cepat Merah Putih nantinya dapat melaju maksimal 250 km/jam.

"Kalau yang sudah beroperasi kan Whoosh ya, Whoosh itu memang dia kan speed-nya sampai 350 km/jam. Nah dari program yang kita setting ini, kita paling bisa di atas 230 sampai 250 km/jam," jelas Agung.

Lebih lanjut ia menyampaikan rencana pengembangan Kereta Cepat Merah Putih merupakan lompatan teknologi yang sangat baik dalam industri perkeretaapian dalam negeri. Namun ia mengaku lompatan ini memang belum bisa menyamai kereta cepat Whoosh yang dirancang China.

Agung menjelaskan bila saat ini pihak DJKA (Ditjen Perkeretaapian) juga baru mengembangkan kereta biasa menjadi semi-cepat 180 km/jam. Peningkatan ini dilakukan mengingat sebagian besar perlintasan rel di Indonesia, termasuk Jakarta-Surabaya, masih memiliki lebar 1.067 milimeter.

Kondisi ini berbeda untuk kereta cepat minimal diperlukan perlintasan rel selebar 1.435 milimeter, sehingga menurut Agung pengembangan dari kereta bisa menuju kereta cepat 350 km/jam sangatlah tinggi karena baik dari segi teknologi hingga infrastruktur masih belum memadai.

"Nah itu, itu yang lompatannya terlalu tinggi bagi kami. Sekarang ini gini, program DJKA itu dipengaruhi rel yang sekarang ini (lebar 1.067) itu kan sudah bisa dilalui dengan speed-nya 120 km/jam. Kalau nanti mau dinaikkan jadi semi-cepat itu bisa sampai 180 km/jam, itu maksimum," ungkap Agung.

"Makanya antara rel dengan kereta semi-cepat kan yang diamanatkan ke depan sama pemerintah itu kan, itu murni hanya diubah di keretanya, tapi kalau bicara kereta cepat, harus diubah sarana dan prasarananya itu. Ya jangan lah, (membuat kereta cepat 350 km/jam sama seperti Whoosh) terlalu ketinggian itu. Lompatannya terlalu tinggi walaupun kita sih bisa, namun pertanyaannya 'ya dengan apa yang ada, apa yang bisa kita lakukan?' gitu," tambahnya.

Untuk perbedaan spesifikasi yang lain Agung belum bisa menjelaskan lebih lanjut karena kereta cepat ini dikembangkan bersama pihak lain yang rencana prototipenya baru meluncur pada 2026.

Menurutnya akan lebih baik bila seluruh pihak bekerja sama untuk melakukan pengembangan teknologi perkeretaapian dalam negeri secara bertahap. Dengan begitu seluruh sistem yang ada akan lebih siap dan memadai.

"Bertahap, yang 350 km/jam itu kan pakai terowongan. Makanya hambatan, kemudian halangan seperti orang-angin itu sudah nol (teratasi) kan, dihindari semua kan. Coba kalau sekarang ini yang ada, dari mulai Jakarta-Surabaya melalui banyak kota repot juga itu kan, banyak perlintasan juga kan itu," jelas Agung.

Karena berbagai faktor inilah Agung merasa mimpi Indonesia membuat kereta cepat sendiri yang paling nyata atau realistis baru sampai kecepatan 250 km/jam. Namun ia sendiri tidak menutup kemungkinan bila ke depannya teknologi kereta cepat ini akan terus ditingkatkan.

Namun Agung memastikan, dengan keberadaan Kereta Cepat Merah Putih ini waktu tempuh Jakarta-Surabaya akan semakin singkat. Dengan kecepatan rata-rata di atas 200 km/jam, waktu tempuh antara kedua kota ini diperkirakan hanya 3 jam 40 menit saja.

"Dikatakan kereta cepat itu pasti kan speed-nya di atas 200 km/jam, nah dengan asumsi jaraknya Jakarta-Surabaya itu 750 km, hasil tempuh paling ya 3 jam 40 menit," ungkapnya.


(ara/ara)

Hide Ads