Pemerintah tengah bersiap untuk melangsungkan pembangunan LRT di Bali. Disebut-sebut, PT MRT Jakarta (Perseroda) akan terlibat di dalam proyek kereta api bawah tanah ini.
Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat membenarkan bahwa pihaknya akan terlibat dalam proyek ini. Langkah ini sebagai bentuk tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) yang telah terjalin antara Gubernur DKI Jakarta dengan Bali.
MoU ini terjalin dengan landasan Pemprov DKI Jakarta yang sudah memiliki sejumlah pengalaman dalam mengembangkan LRT maupun MRT. Namun demikian, ia belum dapat merinci perannya dalam proyek ini. Hal ini masih dalam proses pembahasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sekarang menindaklanjuti MoU-nya DKI itu. DKI menunjukan kita untuk masuk ke sana. Bentuknya apa? Sedang dalam pembahasan, tapi yang kita lakukan sekarang sifatnya in kind," kata Tuhiyat, dalam Forum Jurnalis MRT, di Wisma Mulia, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).
Lebih lanjut ia menjelaskan, perannya saat ini lebih kepada pihak yang memberikan masukan terkait perencanaan, desain, skema pendanaan, pembangunan stasiun, rute, dan lain sebagainya.
"Sehingga sekarang ada tim ad hoc yang sekarang berhubungan setiap hari dengan pihak Bali. Di Bali sudah ada satu Perusda (perusahaan daerah)yang ditunjuk untuk meng-handle semua kebutuhan, sebelum dibentuk Perusda tersendiri khusus transportasi ini," jelasnya.
Rencananya, lanjut Tuhiyat, ke depan akan dibuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam menindaklanjuti MoU yang telah dibuat. Barulah di dalam PKS tersebut akan dirinci seperti apa peran MRT Jakarta, apakah sebagai operator ataupun menjadi pemegang saham operator LRT bawah tanah di Bali.
Tuhiyat menambahkan, pembahasan yang dilakukan terus dikebut, menyusul dengan target groundbreaking proyek pada awal tahun 2024 mendatang. Ia mengatakan, bulan depan akan diadakan Rapat Terbatas (Ratas) yang membahas rencana proyek ini.
"Di bulan depan harus ada Ratas dari Presiden untuk Bali dan konon katanya Pak Presiden atau Pak Menko Marves menginginkan Bali ground breaking minimal financial close tahun depan. Jadi kita berpacu. Minimal kalau nggak ground breaking konstruksi, finance close dulu," jelasnya.
Sebagai tambahan informasi, saat ini LRT Bali tengah dalam tahap pra studi kelayakan atau pra feasibility study (FS). Ditargetkan proses ini bisa rampung akhir tahun ini.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya sempat menyampaikan, LRT Bali akan dibangun underground alias di bawah tanah. Menurutnya, LRT bakal dibangun dari Bandara Ngurah Rai menuju wilayah Cemagi, Badung. Nantinya, LRT akan dibangun juga melewati kawasan wisata Seminyak.
"Begitu juga kereta LRT Underground dari Lapangan Terbang Bali sampai ke Cemagi, melalui Seminyak," ungkap Luhut dalam sambutannya di gelaran Hub Space 2023 di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (29/9).
Menurut Luhut, salah satu alasan pemerintah mengebut LRT Bali adalah untuk mengurai kepadatan wisatawan di Bali. Khususnya, agar mobilitas di Bali tidak dipenuhi kemacetan. Selain itu pada 2025 penumpang pesawat ke Bali akan mencapai 24 juta orang. Bila tidak ada LRT, mobilitas di Bali akan dipenuhi kemacetan.
"Karena di tahun 2025 yaitu penumpang akan mencapai 24 juta orang yang masuk di Bali dan itu akan membuat perhitungan kita stuck 3 jam kalau itu tidak dibangun-bangun," papar Luhut.
(shc/kil)