China Tawarkan Bunga Murah Proyek Kereta Cepat Nyambung Surabaya, Masuk Akal?

China Tawarkan Bunga Murah Proyek Kereta Cepat Nyambung Surabaya, Masuk Akal?

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 30 Okt 2023 19:30 WIB
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meresmikan penjualan tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh di Stasiun Halim, Jakarta Timur, Selasa (17/10/2023).
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Rencana pemerintah melanjutkan proyek kereta cepat hingga ke Surabaya mendapat catatan para pengamat. Sebelumnya, proyek ini disebut bakal digarap China dengan penawaran bunga yang lebih murah.

Namun, Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai bunga pinjaman kereta cepat tidak bisa dibilang murah. Belajar dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung, bunganya berkisar 3%.

Bhima membandingkan bunga pinjaman Jepang yang sebesar 0,1% untuk pembangunan MRT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bunga pinjaman Kereta Cepat tidak bisa dibilang murah. Hanya untuk cost overrun (pembengkakan biaya) kereta cepat Jakarta-Bandung saja bunganya 3%. Bandingkan dengan proyek MRT dari pinjaman Jepang bunganya 0,1%. Itu artinya proyek kereta cepat secara keuangan sangat mahal," terang Bhima kepada detikcom, Senin (30/10/2023).

Dalam catatan detikcom, pinjaman pendanaan MRT fase II tahap I saja adalah sebesar 70.210 miliar yen atau setara Rp 9,4 triliun, dengan suku bunga 0,1% per tahun (suku bunga untuk konsultan 0,01% per tahun). Dana pinjaman berasal dari Pemerintah Jepang lewat Japan International Cooperation Agency (JICA).

ADVERTISEMENT

Bhima juga menyoroti beban berat yang ditanggung BUMN sebagai pelaksana proyek tersebut karena harus menanggung operasional dan pembayaran pokok, ditambah bunga yang tinggi. Kondisi ini dikhawatirkan berisiko bagi APBN.

Kemudian Bhima berpandangan banyak infrastruktur mendesak yang seharusnya dibangun selain kereta cepat, dan mampu memberi manfaat ke masyarakat serta pelaku usaha.

Sementara itu, Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas menilai pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya tidak perlu dilakukan. Pemerintah disarankan menata infrastruktur dan transportasi di daerah lain sebab Indonesia bukan hanya Pulau Jawa.

Kereta cepat juga dikhawatirkan mematikan bisnis sektor penerbangan dan jalan tol. Kedua sektor itu bisa tersisihkan sehingga menimbulkan persoalan lain.

"Tidak perlu lagi infrastruktur berupa kereta cepat. Karena infrastruktur kereta cepat itu nanti bisa mematikan bisnis pesawat maupun jalan tol," tegasnya.

"Kalau ada kereta cepat Jakarta Surabaya bisa ditempuh 5 jam saja lah nggak usah 3 jam, ya orang akan memilih naik kereta cepat daripada pesawat. Karena kan pesawat banyak juga orang yang phobia dengan ketinggian. Tapi kalau kereta cepat nggak," pungkasnya.

(ily/das)

Hide Ads