Basuki Ungkap Peran PUPR di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Basuki Ungkap Peran PUPR di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 20 Nov 2023 16:57 WIB
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono - Foto: Dok. Kementerian PUPR
Jakarta -

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menjelaskan peran Kementerian PUPR dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya. Pemerintah memang merencanakan kereta cepat tak berhenti di Bandung tapi lanjut sampai ke Surabaya.

Menurut Basuki, di Kementerian PUPR terdapat Komisi Keamanan jembatan dan terowongan jalan (KKJTJ). Di situlah peran Kementerian PUPR untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.

"Kami kalau di PUPR itu ada komite keamanan jembatan dan terowongan jalan. Jadi saya bukan direct sebagai PUPR, tapi melalui komite keamanan jembatan dan terowongan jalan," katanya saat ditemui di Kompleks DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya, kata dia, keterlibatan KKJTJ dalam proyek terowongan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Atau jembatan lengkung pada proyek LRT Jabodebek.

"Yang Jakarta-Bandung terowongannya kita sertifikasi. Kalau yang LRT di Warung Buncit kita juga sertifikasi. Jadi Kementerian PUPR masuk sebagai komite keamanan jembatan dan terowongan jalan. Yang lainnya manajemennya di Kementerian Perhubungan," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo buka suara terkait peran China di proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Menurutnya telah dilakukan joint study antara pemerintah Indonesia dengan China menyangkut proyek tersebut.

"Jadi kita baru mulai kesepakatan dengan pihak China untuk memulai joint study itu tapi butuh waktu lah, nggak mungkin 2 minggu, tapi kita sebagai BUMN joint study bersama China untuk kita melihat feasibility maupun cost project secara keseluruhan," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (1/11/2023).

Saat dimintai konfirmasi soal proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya kembali digarap China, pria yang biasa disapa Tiko itu menjelaskan perlu melihat beberapa aspek. Misalnya terkait biaya proyek hingga potensi keuntungan secara komersil.

"(Fix dengan China?) ya karena kan mereka sudah membangun existing ya, kita lihat nanti tentunya secara komersial China harus melihat apakah feasible atau nggak, dan berapa project cost-nya jadi ya kita kasih kesempatan mereka dan mereka tidak langsung bilang iya," jelasnya.

(ily/kil)

Hide Ads