Dua bandara baru di Papua diresmikan secara langsung oleh Presiden Jokowi didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi beserta jajaran pejabat lainnya, Kamis, 23 November 2023. Kedua bandara itu yakni Bandara Siboru di Kabupaten Fakfak, Papua Barat dan Bandara Douw Aturure atau Bandara Nabire Baru di Kabupaten Nabire, Papua Tengah.
Jokowi mengungkapkan dua bandara baru di Papua ini bisa menjadi jembatan untuk perekonomian masuk lebih cepat ke daerah Papua.
"Bandara Siboru dan Bandara Douw Aturure akan meningkatkan konektivitas di Papua, meningkatkan mobilitas orang dan barang, dan membuka banyak peluang untuk memicu tumbuhnya ekonomi-ekonomi baru," kata Jokowi dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (25/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bandara Siboru ini nantinya akan menjadi Jembatan Udara di wilayah Papua Barat yang menghubungkan Fakfak dengan daerah-daerah lain yakni Sorong, Timika, Kaimana, Amahai, Babo, Dobo, dan Bintuni. Sementara itu, Bandara Nabire juga akan menghubungkan Nabire dan beberapa kota di Papua seperti Timika, Manokwari, dan Jayapura.
"Saya minta pemerintah daerah dan masyarakat bisa memanfaatkan bandara ini sebaik-baiknya. Memanfaatkan akses yang semakin terbuka untuk memperkenalkan potensi yang ada di daerah kita ini, destinasi wisata yang ada, sehingga akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke tanah Papua," lanjut Jokowi.
Di sisi lain, Budi menjelaskan konsep yang diusung oleh kedua bandara baru ini. Desain keduanya mengambil konsep kearifan lokal dengan sentuhan minimalis modern. Bandar Siboru menggunakan konsep 'Satu Tungku Tiga Batu', terlihat dari adanya tiga atap yang mencerminkan filosofi masyarakat Kabupaten Fakfak toleransi, gotong royong, dan persaudaraan.
Fasad pada bangunan terminal Bandar Udara Siboru terinspirasi dari 'Rumah Kaki Seribu', yakni rumah adat Suku Arfak di Papua Barat. Kaki Seribu merupakan simbol dari kekompakan Suku Arfak dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Jumlah tiang yang banyak dan terlihat rumit diambil untuk dijadikan konsep perencanaan pada bangunan terminal Bandar Udara Siboru.
Tidak jauh berbeda dengan Bandar Udara Nabire Baru yang design keseluruhannya modern simple dengan sentuhan lokal. Bentuk rangka atap Bandara dibuat secara abstrak mengadopsi bentuk pohon hutan tropis Papua dengan penggabungan penutup atap transparan dan masif yang menciptakan suasana seperti "God rays".
Sedangkan bentuk atap diambil dari seni melipat kertas/origami, dimana pada bagian ujung atap dibuat menyerupai seperti bentuk sayap pesawat. Pada unsur atap dibuat seperti gelombang pantai namun lebih kaku dan tegas agar lebih terlihat modern dan simple.
Area plaza main hall Bandara Nabire Baru dapat difungsikan sebagai ruang untuk sambutan dengan tari-tarian suku adat local selain sebagai ruang transisi
"Kedua bandara kita bangun dengan konsep arsitektur yang baik. Kami sampaikan terima kasih atas dukungan berbagai pihak dalam pembangunan ini, mulai dari Kementerian/Lembaga lain, Pemerintah Daerah setempat, Pimpinan TNI dan Polri setempat, Forum Koordinasi Pimpinan Daerh, serta masyarakat," terang Budi.
Budi juga menerangkan Bandara Siboru dibangun mulai tahun 2020 hingga 2023, sedangkan Bandara Nabire Baru dibangun mulai tahun 2020 hingga 2022. Pembangunan kedua bandara ini menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang berasal dari Sukuk Negara. Adapun biaya pembangunan Bandara Siboru menelan biaya senilai Rp 891 miliar dan Bandara Nabire Baru senilai Rp 671,54 miliar.
Bandara Siboru dan Bandara Nabire Baru memiliki panjang runway 1.600 m x 30 m sehingga dapat dilalui pesawat ATR 72 dan sejenisnya. Bandara Siboru memiliki luas terminal 4.600 mΒ² yang dapat menampung hingga 153.945 penumpang per tahun. Sedangkan Bandara Nabire Baru memiliki luas terminal 6.320 mΒ² yang dapat menampung hingga 289.700 penumpang per tahun.
Turut hadir dalam kegiatan peresmian ini, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Direktur Jenderal Perhubungan Udara M. Kristi Endah Murni, Pj Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere, Bupati Fakfak Untung Tamsil, perwakilan Pemuka Adat Papua Barat, serta Ketua Dewan Adat Fakfak.
(ncm/ega)