Warga AS Lagi Semangat-semangatnya Beli Rumah, Eh tapi Harganya Mahal

Warga AS Lagi Semangat-semangatnya Beli Rumah, Eh tapi Harganya Mahal

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 29 Nov 2023 10:46 WIB
Pulau Tavern yang terletak di Connecticut, bagian timur laut Amerika Serikat ini berhasil terjual dengan harga US$ 7,85 Juta atau sekitar Rp 100 miliar. Begini tampilannya.
Foto: Istimewa/mansionglobal.
Jakarta -

Kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS) meningkat pada bulan November setelah mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut. Masyarakat AS pun mulai kembali membelanjakan uangnya untuk kebutuhan-kebutuhan besar seperti kendaraan bermotor hingga rumah.

Dilansir dari Reuters, Rabu (29/11/2023), informasi ini merupakan hasil survei dari Conference Board yang dirilis pada Selasa kemarin. Dari hasil survei itu, didapatkan masyarakat AS telah merencanakan pembelian besar-besaran dalam enam bulan ke depan, bahkan ketika mereka terus mengkhawatirkan harga dan suku bunga yang lebih tinggi.

Survei tersebut menunjukkan peningkatan jumlah konsumen yang berniat membeli kendaraan bermotor dan peralatan rumah tangga utama seperti lemari es, mesin cuci, dan televisi. Selain itu, terlihat pula lebih banyak konsumen yang berencana membeli rumah dalam enam bulan ke depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski semangat kerja dan ekspektasi meningkat, sekitar dua pertiga konsumen yang disurvei bulan ini masih menganggap resesi 'agak' atau 'sangat mungkin' terjadi pada tahun depan. Namun sebagian besar ekonom tidak memperkirakan resesi, melainkan periode pertumbuhan yang sangat lambat.

Ekspektasi tersebut diperkuat oleh data yang mendukung inflasi baru-baru ini, termasuk perlambatan dalam perolehan lapangan kerja pada bulan Oktober. Kondisi tersebutlah yang telah membuat pasar keuangan percaya bahwa Federal Reserve mungkin telah menaikkan suku bunga pada siklus ini.

ADVERTISEMENT

"Secara keseluruhan, data ini mendukung gagasan pertumbuhan yang lebih lambat saat ini namun prospek pertumbuhan yang berkelanjutan hingga tahun depan," kata kepala investasi di Commonwealth Financial Network di Waltham, Massachusetts, Brad McMillan.

Ekspektasi inflasi 12 bulan konsumen turun menjadi 5,7% dari 5,9% di bulan Oktober, kemungkinan besar mencerminkan berita bulan ini bahwa inflasi mereda di bulan Oktober. Hal ini merupakan kabar baik bagi bank sentral AS setelah survei konsumen Universitas Michigan pekan lalu menunjukkan ekspektasi inflasi jangka panjang meningkat pada bulan November ke tingkat yang terakhir terlihat pada tahun 2011.

Di sisi lain, meskipun tidak ada korelasi yang kuat antara kepercayaan diri dan belanja konsumen, peningkatan niat membeli menunjukkan bahwa konsumen harus terus menopang perekonomian. Data dari Adobe Analytics menunjukkan bahwa belanja konsumen online melonjak 7,8% selama Cyber Week, atau lima hari sejak Thanksgiving hingga Cyber Monday, melampaui ekspektasi kenaikan 5,4%.

Harga Rumah Meroket

Namun, para konsumen ini berpotensi menghadapi tantangan dari segi keterjangkauan harga. Pasalnya, suku bunga hipotek 30 tahun AS berada di atas 7%, sementara ketersediaan properti yang dijual kurang, sehingga akan meningkatkan biaya pembelian rumah.

Laporan dari Badan Pembiayaan Perumahan Federal pada hari Selasa menunjukkan, pertumbuhan harga rumah tahunan kembali meningkat pada bulan September akibat kelangkaan rumah yang terjadi sebelumnya. Harga rumah melonjak 6,1% secara tahunan di bulan September, kenaikan terbesar sejak bulan Desember, setelah naik 5,8% di bulan Agustus. Harga meningkat sebesar 0,6% bulan ke bulan setelah naik 0,7% pada bulan Agustus.

"Kami memperkirakan akan terjadi pelemahan harga rumah pada kuartal keempat dan awal tahun depan, karena penjual perlu membuat beberapa kelonggaran untuk menarik pembeli," kata Kepala Ekonom AS di Oxford Economics New York, Nancy Vanden Houten.

"Namun, kami memperkirakan terbatasnya pasokan rumah untuk dijual akan terus menjaga harga tetap rendah," sambungnya.

(shc/rrd)

Hide Ads