Otorita Ibu Kota Negara (OIKN) Nusantara mencatat sepanjang 2023 total investasi yang masuk dalam proses pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur mencapai Rp 41 triliun. Namun semua investasi ini hanya berasal dari dalam negeri, dan belum ada dari luar negeri atau perusahaan asing.
Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi OIKN, Agung Wicaksono, menjelaskan hingga saat ini investasi yang sudah masuk IKN Nusantara memang baru dari perusahaan-perusahaan atau investor dalam negeri. Namun bukan berarti tidak ada perusahaan atau investor luar yang ingin menanamkan uangnya di Indonesia.
Sebab menurutnya, dari 326 Letter of Intent (LOI) investasi yang sudah diterima OIKN, 60% di antaranya berasal dari dalam negeri alias domestik. Sehingga pada fase awal pembangunan ibu kota baru ini baru investor-investor Indonesia yang sudah melakukan groundbreaking.
"Dari 326 LOI, mayoritas adalah investor dalam negeri, lebih dari 60%. Tentunya sangat normal bahwa mereka (perusahaan dalam negeri) yang masuk terlebih dahulu membangun dan menjadi pelopor," kata Agung dalam media briefing OIKN, Jumat (29/12/2023).
Agung memastikan hingga saat ini sudah ada cukup banyak investor yang ingin turut serta dalam pembangunan IKN. Namun investor-investor asing ini masih harus melalui sejumlah tahapan seleksi mengingat mereka masuk melalui mekanisme KPBU (kerjasama pemerintah dengan badan usaha).
Ia mencontohkan, dari sembilan perusahaan yang ingin membangun kawasan hunian sebanyak 166 tower dan 159 rumah tapak dengan nilai investasi sebesar Rp 55 triliun di IKN Nusantara, tiga di antaranya merupakan perusahaan asing. Satu asal China dan dua sisanya asal Malaysia.
"Para investor (asing) juga tetap berjalan dan berproses melalui seleksi. Terutama sebagian dari yang saya tunjukkan ini (investor dalam negeri dan asing) masuk melalui mekanisme KPBU, kerjasama pemerintah dengan badan usaha, yang memang ada mekanisme seleksinya," jelas Agung sembari menunjukkan daftar perusahaan yang ingin membangun hunian di IKN.
"Mereka harus dievaluasi feasibility study atau studi kelayakannya. Kemudian nanti akan dilakukan tender untuk kemudian ditetapkan mana yang terbaik dan baru kemudian nanti akan ada perjanjian, baru dibangun," ungkapnya lagi.
Dijelaskan, untuk perusahaan asal China ada Citic Construction yang berminat untuk membangun 60 tower hunian di IKN. Sedangkan untuk perusahaan yang dari Malaysia, ada Maxiim yang berminat bangun 10 tower hunian dan IJM yang berminat bangun 20 tower hunian.
"Hunia itu KPBU yang ikut perusahaan-perusahaan dari negara, pertama tetap Indonesia yang paling banyak. Tetapi kemudian ada dari Tiongkok, dari China, walaupun satu (perusahaan) tapi ini minat jumlah huniannya paling banyak, mereka berminat membangun 60 tower. Kemudian ada dari Malaysia, ada dua perusahaan," terang Agung
Di luar itu Agung juga mengaku banyak investor asing lain yang berminat untuk masuk ke IKN, khususnya dalam proyek pengembangan teknologi smart city. Beberapa di antaranya ada investor asal Korea Selatan, asal Amerika Serikat, Prancis, China, dan Jerman. Namun ia tidak merinci lebih jauh siapa saja perusahaan atau investor yang ingin masuk itu.
"Jadi kalau ditanya apakah investor akan berperan dan akan dibutuhkan, jawabannya iya. tapi mereka akan masuk pada sektor-sektor yang memang kita butuh peran totalitas penting. Tapi bagi properti, bangun hotel, bangun rumah sakit, bangun sekolah, itu investor dalam negeri bisa, dan itu sudah terjadi sudah berjalan," ungkapnya.
(fdl/fdl)