Mesir Bangun Ibu Kota Baru, Telan Biaya Rp 900 Triliun

Retno Ayuningrum - detikFinance
Senin, 08 Jan 2024 15:30 WIB
ilustrasi/Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency
Jakarta -

Mesir mengeluarkan miliaran dolar untuk membangun ibu kota baru yang mewah di gurun pasir 45 km atau 28 mil dari timur Kairo. Menurut Presiden Abdel Fattah El Sisi, pembangunan ibu kota ini menjadi megaproyek terbesar dalam rangka pembangunan ekonomi dan mengakomodasi pertumbuhan populasi sebesar 105 juta jiwa.

Dibangun di atas tanah kosong, kota ini dirancang untuk menjadi model teknologi tinggi bagi masa depan Mesir. Pemerintahan Mesir menginginkan program ini dapat menyerap sebagian dari populasi Mesir yang diperkirakan tumbuh sebesar 1,6% per tahun.

Meskipun laju pengerjaan tampak melambat akhir-akhir ini, tahap pertama ibu kota baru ini sudah mencakup menara yang tertinggi di Afrika dengan 70 lantai, gedung opera dengan lima aula, masjid besar, dan katedral terbesar di Timur Tengah.

"Ada juga kereta listrik dari Kairo timur mulai beroperasi pada musim semi lalu dan monorel layang akan dimulai pada kuartal kedua tahun ini," kata Khaled Abbas, Ketua Ibukota Administratif untuk Pembangunan Perkotaan (ACUD) dikutip dari Reuters, Senin (8/1/2024).

Selain itu, sebanyak 100.000 unit rumah telah selesai dibangun dan 1.200 keluarga telah pindah. Bank-bank besar dan perusahaan bisnis lainnya akan memindahkan kantor pusat pada kuartal-I tahun 2024. Adapun pegawai pemerintah akan pindah pada bulan Juli mendatang.

Abbas menargetkan pembangunan infrastruktur fase kedua menelan biaya sekitar 250-300 miliar pound.

Pada tahun 2019, Pemerintah Mesir menetapkan harga untuk ibu kota baru sebesar US$58 miliar atau senilai Rp 900 triliun (kurs Rp 15.531).

Perekonomian Mesir saat itu berada di bawah tekanan akibat nilai mata uang yang terlalu tinggi hingga melonjaknya biaya pembayaran utang setelah banyaknya pinjaman luar negeri.

Melihat kondisi ekonomi itu, proyek tersebut banyak menuai kritik. Para kritikus menilai pembangunan ibu kota baru hanya menambah beban hingga utang negara tersebut




(rrd/rir)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork