Warga Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor mengadu ke Komisi V DPR RI. Mereka menyampaikan berbagai persoalan di Parung Panjang, dari rusaknya infrastruktur jalan, kemacetan yang disebabkan oleh truk-truk besar tambang, hingga banyaknya korban jiwa karena kecelakaan.
Ishak salah satu warga Parung Panjang yang merupakan ketua Gerakan Masyarakat Arus Bawah (Gema Abah) mengatakan, Parung Panjang setiap hari macet. Untuk bekerja, dia bilang, setidaknya mengorbankan waktu 2 jam.
"Apalagi buat kita yang bekerja tiap hari kita kena macet hampir 1 jam lebih, mau berangkat kerja, belum pulang kerja. Saya anggap itu kita sehari mengorbankan waktu 2 jam pak untuk kerja aja," katanya dikutip dari Youtube TVN Parlemen, Selasa (23/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menerangkan, jalan di Parung Panjang panjangnya sekitar 19 km. Jalan ini dilewati truk-truk jumbo dengan ukuran panjang 10-12 m dan lebarnya 2,5 m. Sementara, lebar jalan di Parung Panjang sekitar 7 m. Jalan tersebut terpakai semua, baik di sisi kanan maupun kiri.
"Nah itu terbagi-bagi dari mobil yang kosong sama mobil yang isi, itu kan penuh pak, lalu kami mau lewat mana pak," katanya.
Ia menyebut, Parung Panjang punya potensi besar karena munculnya banyak perumahan di wilayah tersebut. Namun, ia mengaku was-was atas keselamatan dan kesehatan warga Parung Panjang.
"Kami semua yang datang kemari ini kalau bapak mau periksa kami punya penyakit paru-paru karena tiap hari kami menghisap debu," ujarnya.
Warga lain, Saiful mengatakan, masalah di Parung Panjang karena ketidakhadiran pemerintah selama ini. Dia mengatakan, sopir-sopir truk membawa muatan dengan melintasi jalan yang sama dengan pengguna jalan lainnya.
"Semuanya terdampak karena semakin banyak penduduk semakin banyak angkutan tambang, tapi jalan yang digunakan itu-itu saja," ujarnya.
Dia mengatakan, dalam sehari jalan Parung Panjang dilintasi kurang lebih 3.000 truk. Sementara, penduduk di sana sekitar 100 ribu orang.
Tambahnya, jalan Parung Panjang kondisi kurang layak karena dilintasi oleh truk yang kelebihan muatan.
"Jalan yang dilewati kurang lebih 19 km itu dalam kondisi tidak layak dilintasi, karena kondisinya pertama jalan provinsi, tonase yang melintas itu 30-40 ton padahal untuk jalan provinsi hanya bisa dilintasi maksimal 8 ton. Ini tentunya perlu ada solusi komprehensif dari pemerintah," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga bercerita mengenai sebuah rumah yatim di wilayah Salimah. Dia mengatakan, rumah ini dihuni oleh anak-anak yang orang tuanya meninggal karena rata-rata sakit paru-paru.
"Di sana itu ada rumah yatim di mana mayoritas anak-anak di rumah yatim itu orangtuanya kuli ganjur, mereka ngangkut batu, yang mana rata-rata meninggalnya karena sakit paru-paru," jelasnya.
(acd/rrd)