Utang Kereta Cepat Whoosh dari China Cair Pekan Depan

Utang Kereta Cepat Whoosh dari China Cair Pekan Depan

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 01 Feb 2024 19:10 WIB
Kereta cepat Whoosh
Foto: dok. Humas Whoosh
Jakarta -

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyampaikan kabar terbaru terkait dengan proyek Kereta Cepat WHOOSH. Dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) ini disebut-sebut untuk membayar pembengkakan biaya (cost overrun) Whoosh akan cair pekan depan.

Informasi ini disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Berdasarkan catatan detikcom, kisaran nilai dana cost overrun tersebut ialah sekitar US$ 550 juta atau setara Rp 8,6 triliun (kurs Rp 15.760). Angka itu didapatkan dari porsi pinjaman sebesar 75% dari total biaya bengkak US$ 1,2 miliar.

"Cair minggu depan," kata Tiko, ditemui di Hotel Four Seasons Jakarta, Kamis (1/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiko mengatakan, dana cost overrun ini akan cair melalui satu skema pencairan. Namun ia tak merincikan lebih lanjut bagaimana skema tersebut. Ia juga tak merincikan berapa besaran dana yang telah disepakati.

Sebagai tambahan informasi, pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membengkak. Kereta Cepat Jakarta-Bandung awalnya diestimasi hanya memakan biaya US$ 5,5 miliar, kemudian membengkak jadi US$ 5,8 miliar dan meningkat lagi jadi US$ 6,07 miliar.

ADVERTISEMENT

Terakhir, setelah negosiasi panjang, awal 2023 proyek ini ditetapkan membengkak biayanya US$ 1,2 miliar, artinya proyek Kereta Cepat saat ini memiliki total pembiayaan sebesar US$ 7,27 miliar. Pembengkakan itu dipenuhi salah satunya dengan menambah utang ke pihak China.

Bengkaknya biaya proyek kereta cepat akan ditutup dengan cara menyetor ekuitas tambahan dari konsorsium KCIC. Sisanya, biaya bengkak dipenuhi dari kredit yang didapat dari pihak China Development Bank (CDB), maka dari itu Indonesia harus menambah utang lagi ke China.

Menurut perhitungan Tiko pada Februari 2023 lalu, kemungkinan tambahan utang yang dilakukan ke CDB jumlahnya mencapai US$ 550 juta atau Rp 8,5 triliun. Angka itu didapatkan dari porsi pinjaman sebesar 75% dari total biaya bengkak US$ 1,2 miliar. Dari besaran itu, dibagi lagi porsi Indonesia sebesar 60% sementara China 40%. Dari situ lah angka pinjaman sebesar US$ 550 juta yang diungkapkan Kartika didapatkan.

"Porsi loan itu sekitar US$ 550 juta. Peminjamannya sedang kita ajukan ke CDB," ungkap pria yang akrab disapa Tiko itu di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (13/2/2023) yang lalu.

Nah selain menambah utang. Pemenuhan biaya bengkak kereta cepat dilakukan dengan cara melakukan setoran ekuitas ke KCIC. Nominalnya 25% dari total biaya bengkak US$ 1,2 miliar. Pemerintah sudah menyuntikkan penyertaan modal negara (PMN) Rp 3,2 triliun ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI untuk memenuhi porsi ekuitas konsorsium Indonesia di KCIC. KAI sendiri merupakan pemegang saham terbesar konsorsium Indonesia di KCIC, perusahaan kereta api itu bisa dibilang memimpin konsorsium Indonesia di KCIC.

(shc/fdl)

Hide Ads