Selesaikan Proyek Tol Trans Sumatera, Uangnya dari Mana?

Selesaikan Proyek Tol Trans Sumatera, Uangnya dari Mana?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 09 Feb 2024 14:45 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan jalan tol Indralaya-Prabumulih, Kamis (26/10/2023). Jalan tol sepanjang 64,5 kilometer itu dibangun sejak tahun 2019, artinya butuh sekitar 4 tahun untuk menyelesaikan tol tersebut.
Ilustrasi/Foto: Dok PT Hutama Karya
Jakarta -

PT Hutama Karya mengungkapkan siasatnya untuk bisa menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Dengan target 2.790 kilometer jalan tol yang ditugaskan pemerintah untuk dibangun, tentu saja Hutama Karya perlu dukungan modal yang kuat.

Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan salah satu cara untuk tetap mendapatkan modal pembangunan jalan tol baru adalah dengan melakukan asset recycle. Mudahnya menjual jalan tol yang sudah jadi untuk kemudian uangnya digunakan membangun jalan tol yang lain.

Saat ini sudah ada dua ruas Tol Trans Sumatera yang dijual Hutama Karya, tepatnya ruas Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar yang dilepas sahamnya ke Lembaga Pengelola Investasi (Indonesia Investment Authority/INA). Uang yang didapatkan dari penjualan tol itu juga digunakan Hutama Karya untuk menurunkan pinjaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi konsep ke depan, Tol Sumatera ini nanti asset recycle. Jadi yang sudah layak secara finansial itu akan dibeli oleh investor, kemudian hasilnya akan kita gunakan untuk membangun yang belum. Itu kita gunakan untuk menurunkan pinjaman juga," ungkap Budi Harto dalam wawancara khusus bersama detikcom, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, ke depan jalan-jalan tol yang sudah dibangun dan trafik lalu lintas hariannya sudah cukup menguntungkan juga bakal dilego Hutama Karya. Dua ruas yang menyusul untuk dilego adalah Terbanggi Besar-Kayu Agung dan juga Pekanbaru-Dumai.

ADVERTISEMENT

"Jadi konsepnya Tol Sumatera itu begitu, dibangun kemudian traffic-nya tumbuh layak secara finansial dan dijual, kemudian nanti digunakan untuk membangun ruas baru lagi," beber Budi Harto.

Yang terdekat, Hutama Karya bersiap menawarkan Jalan Tol Terbanggi Besar-Kayu Agung ke investor. Budi bilang bila tol itu laku, nantinya akan digunakan untuk membangun tol 'sirip' Trans Sumatera yang menghubungkan Lampung ke Pelabuhan Panjang dengan investasi Rp 5 triliun. Bila ada sisanya, hasil penjualan tol bakal digunakan untuk menurunkan utang.

"Nah nanti kalau ini laku, ini sebagian akan kita gunakan untuk menurunkan pinjaman, sebagian kita gunakan untuk ruas tol baru, di antaranya adalah ruas tol dari Lampung ke Pelabuhan Panjang Lampung, sebesar sekitar Rp 5 triliun lah untuk tol itu," papar Budi Harto.

Soal penurunan utang, di kesempatan berbeda sebelumnya Budi Harto pernah menyatakan utang Hutama Karya bisa turun sampai Rp 14,2 triliun setelah pihaknya menjual kepemilikan jalan tol Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar. Dari total utang Rp 44,28 triliun, turun menjadi Rp 30 triliun.

Total uang yang didapatkan setelah melego dua tol ke INA sendiri besar Rp 20 triliun kala itu. Namun baru cair sekitar Rp 15 triliun, nah uang tersebut yang dipakai untuk membayar utang.

Dalam paparannya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (13/9/2023) yang lalu, dari uang hasil lego tol dapat melunasi utang tol Medan-Binjai senilai Rp 361 miliar dan utang tol Bakauheni-Terbanggi Besar senilai Rp 7,85 triliun.

Selanjutnya, pihaknya juga berhasil mengurangi utang pada ruas tol Palembang-Indralaya dari Rp 1,04 triliun menjadi Rp 958 miliar. Kemudian, untuk pinjaman monetisasi akses Tanjung Priok dari awalnya Rp 3,46 triliun menjadi Rp 2 triliun. Terakhir, utang untuk ruas tol Pekanbaru-Dumai senilai Rp 7,76 triliun menjadi Rp 1,5 triliun.

"Jadi sebelum kami melakukan asset recycle dengan INA, utang jalan tol Trans Sumatera adalah Rp 44,28 triliun. Saat ini utang kami tinggal Rp 30,07 triliun," ungkap Budi Harto kala itu.

Langganan PMN

Budi Harto juga memaparkan sejauh ini pihaknya memang menjadi BUMN langganan suntikan dana dari pemerintah. Dia bilang, Tol Trans Sumatera adalah proyek yang kurang menguntungkan secara finansial saat ini karena tak semuanya akan langsung ramai dan menguntungkan saat mulai beroperasi.

"Nah, Tol Trans Sumatera ini secara finansial tidak layak, maka pemerintah memberikan penugasan kepada Hutama Karya untuk melaksanakan pembangunan proyek ini," jelas Budi Harto.

Awalnya Hutama Karya merencanakan pembangunan Tol Trans Sumatera dengan skema 70% modal dan 30% pinjaman. Namun, setelah beberapa ruas beroperasi ternyata trafik harian lalu lintasnya tak serta merta langsung ramai seperti saat studi. Pinjaman pun sulit untuk didapatkan.

Maka dari itu, pemerintah memutuskan untuk menyuntik modal ke Hutama Karya sebagai konsekuensi penugasan. Seluruh pembangunan kini dibiayai APBN lewat suntikan PMN. Budi bilang selama proyek Tol Trans Sumatera berjalan pihaknya sudah menerima kurang lebih Rp 110 triliun suntikan modal dari APBN.

"Jadi akhirnya pemerintah memutuskan membiayai Tol Sumatera ini dengan full equity melalui PMN. Melalui PMN, dengan penyertaan modal dari pemerintah untuk Hutama Karya yang sampai saat ini sudah mencapai Rp 110 triliun," beber Budi Harto.


Hide Ads