Mega proyek Tol Trans Sumatera menjadi salah satu proyek besar yang dimulai pembangunannya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selama hampir 10 tahun menjabat, proyek ini menjadi salah satu prioritas pemerintah untuk dikebut penyelesaiannya.
Dari total rencana jaringan tol sepanjang 2.790 kilometer, hingga jabatan Jokowi habis akhir tahun ini ditargetkan Tol Trans Sumatera sudah terbangun sepanjang 972 kilometer.
Lalu, bagaimana nasib proyek Tol Trans Sumatera usai pemerintah berganti setelah Pemilu 2024?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama PT Hutama Karya, Budi Harto meyakini proyek tol Trans Sumatera bakal diselesaikan oleh siapapun pemimpinnya. Pasalnya, jalan tol ini benar-benar dibutuhkan Sumatera untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia setelah Pulau Jawa.
"Saya yakin pemerintahan yang baru juga akan fokus untuk menyelesaikan Tol Sumatera ini. Karena dengan hadirnya tol ini, Sumatera akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baru," ungkap Budi Harto dalam wawancara khusus bersama detikcom, beberapa hari lalu.
"Apalagi Sumatera ini kan ada sawit, ada gas, ada minyak, ada karet, sehingga saya kira hilirisasi dari yang ada ini akan bisa dikembangkan lebih baik lagi," lanjutnya.
Sejauh ini, Budi Harto sendiri yakin dampak-dampak ekonomi dari hadirnya Tol Trans Sumatera juga mulai terlihat. Dia bercerita saat ini telah terjadi peningkatan penambahan sambungan listrik baru di daerah-daerah dekat gerbang-gerbang ruas Tol Trans Sumatera.
Menurutnya, penambahan itu membuktikan adanya indikasi ekonomi bergerak. Bisa jadi penambahan listrik itu terjadi karena peningkatan penggunaan listrik pada industri-industri di Sumatera.
"Kami dapat informasi dari teman-teman PLN bahwa saat ini di beberapa tempat yang keluar masuk tol ini ada peningkatan penambahan sambungan baru yang cukup besar di atas rata-rata nasional. Ini menunjukkan bahwa di situ ada pertumbuhan ekonomi," sebut Budi Harto.
"Saya yakin nanti akan ada banyak pertumbuhan industri di sepanjang jalan tol ini, tegasnya.
Bukan itu saja, setiap harinya, Budi Harto mengatakan dari data yang didapatkan mulai banyak para pedagang sayuran segar di sekitar Lampung yang berangkat pagi-pagi buta dengan tujuan ke Jakarta.
Jalan tol di Lampung telah menyingkat waktu signifikan untuk membuat banyak bolak-balik Lampung-Jakarta dalam waktu singkat.
"Kemudian juga pedagang dari Lampung Barat gitu dari pagi jalan, dari jam 9-10 sudah sampai Jakarta. Kayak sayuran-sayuran, sehingga bisa sayuran segar bisa sampai di Jakarta di pagi hari," tutur Budi Harto.
Jalan tol Trans Sumatera juga mempersingkat waktu tempuh secara signifikan. Hal ini bisa mengurangi biaya perjalanan masyarakat, paling terasa di harga BBM.
Sebagai contoh dulu sebelum ada tol, perjalanan Bakauheni sampai Palembang waktunya sekitar 11 jam, sekarang cukup 3-3,5 jam sudah sampai. Artinya biaya operasional kendaraan akan turun setelah waktu tempuh juga makin cepat. Paling terasa adalah penggunaan bensin.
"Bayangkan dari Palembang ke Lampung itu 11 jam. Berapa BBM yang dibakar. Tapi kalau sekarang kan hanya 3 jam, 3 setengah jam, kan hanya sepertiganya. Jadi, efisiensi dari BBM ini saya kira itu juga merupakan efisiensi dari biaya logistik yang terjadi," papar Budi Harto.
Dampak positif Tol Trans Sumatera juga terlihat jelas dari meningkatkan trafik lalu lintas harian di beberapa ruas tol. Dari awalnya masih sepi, kini makin ramai.
Setidaknya, untuk wilayah sekitar Lampung dan Sumatera Selatan, trafik jalan Tol Trans Sumatera dan Sumatera Utara sudah sangat ramai, menandakan masyarakat mau menggunakan jalan tol.
"Yang sudah sebagian positif itu di Medan, kemudian Pekanbaru-Dumai, walaupun pas-pasan begitu. Kemudian Kayu Agung-Terbanggi Besar yang tadi saya sampaikan itu juga sudah kondisinya sudah cukup baik begitu. Sekitar Palembang itu baik," pungkas Budi Harto.
(hal/eds)