Pemindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur disebut tidak menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta. Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriyatna, mengatakan ada sejumlah hal yang jadi alasannya.
"(Kemacetan di Jakarta) Tidak akan selesai. Karena saya petakan kalau melihat di data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Bekasi, Depok, Tangerang Selatan, ternyata sektor yang paling dominan itu adalah sektor ekonomi tersier. Jadi kota-kota di Jakarta, Jabodetabek itu ekonominya fokus pada tersier khususnya layanan transportasi dan perdagangan eceran," ungkap Yayat dalam agenda diskusi 'UU DUKJ: Masa Depan Jakarta Pasca Ibu Kota' secara daring, Selasa (22/4/2024).
Yayat kemudian menjelaskan bahwa pemindahan ibu kota tidak akan menyelesaikan macet karena berdasarkan data PDRB 2021-2023, perekonomian Jakarta ternyata sangat bergantung pada perdagangan eceran serta reparasi mobil dan motor. Ini berarti mayoritas bisnis di Jakarta digerakkan oleh sektor transportasi khususnya motor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bayangkan sekarang ada 26 juta kendaraan, 19 juta itu motor. Jadi ekonominya bergerak di situ, yang paling besar itu, akibatnya apa? kalau sampai ke depan dipadati dengan motor dengan pendapatan yang terbatas, ini persoalan besar, Jakarta akan padat," jelasnya.
Oleh sebab itu, Yayat menyarankan agar pemerintah Daerah Khusus Jakarta (DKJ) kelak memikirkan cara untuk mendorong perekonomian Jakarta. Lagipula, Jakarta memiliki kekuatan lewat sektor jasa keuangan, asuransi, dan perusahaan, ketiga sektor ini tidak dimiliki oleh kota-kota tetangga di sekitarnya.
"Kota-kota di sekitarnya semuanya itu berbasis pada kekuatan perdagangan eceran, reparasi motor dan mobil. Ternyata Bekasi, Tanggerang, Bogor, Depok, motor lah yang menghidupkan ekonomi. Jadi ketika public transport gagal dikembangkan di Jabodetabek, potensi pengembangan motor menjadi alat utama bisnis eceran terkait onderdil dan sebagainya," ujar dia.
(kil/kil)