Efektivitas bandara internasional di Indonesia dalam mendongkrak sektor pariwisata dinilai belum maksimal. Alih-alih menarik lebih banyak wisatawan asing, bandara internasional justru lebih sering dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk bepergian ke luar negeri.
Pengamat-pengamat penerbangan menyarankan agar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tidak tergesa-gesa menambah jumlah bandara internasional. Mereka menilai akan lebih efektif jika bandara yang sudah ada dioptimalkan kinerjanya untuk menarik wisatawan mancanegara.
Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengungkapkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2024 terdapat 9,8 juta wisatawan asing yang masuk ke Indonesia lewat jalur penerbangan. Di sisi lain, data Kementerian Perhubungan mencatat jumlah penumpang penerbangan internasional pada tahun yang sama mencapai 36 juta orang.
"Dari data yang ada ternyata banyaknya penerbangan internasional itu lebih banyak digunakan masyarakat Indonesia berwisata ke luar negeri dari pada menambah turis asing yang ke Indonesia," ujar Gatot kepada detikcom, Selasa (5/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selisih data tersebut menunjukkan bahwa 27,2 juta penumpang merupakan warga Indonesia yang bepergian ke luar negeri, bukan wisatawan asing yang datang. Bahkan, jika dihitung dari kenaikan tahunan, terdapat lonjakan 6,9 juta penumpang internasional dari 2023 ke 2024. Namun, wisatawan asing yang masuk ke Indonesia hanya bertambah 1,8 juta orang.
"Dengan banyaknya orang Indonesia yang ke luar negeri, berarti semakin banyak devisa yang lari ke luar negeri dari pada diserap di dalam negeri," jelas Gatot.
Senada, pengamat penerbangan Alvin Lie juga menyoroti performa bandara internasional yang dinilai belum efektif dalam mendatangkan turis asing. Menurut Alvin, salah satu penyebab lemahnya daya tarik bandara adalah minimnya promosi pariwisata yang dilakukan secara serius dan terintegrasi.
Simak juga Video: Bule yang Liburan ke Indonesia Bakal Bayar Pajak