Pemerintah resmi menandatangani Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) dan Perjanjian Regres pada Pengusahaan Jalan Tol Bogor-Serpong via Parung. Kehadiran tol ini nantinya akan membuat perjalanan BSD ke Bogor jadi seolah terasa 'sejengkal'.
Jalan Tol Bogor-Serpong via Parung akan dibangun oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Bogor Serpong Infra Selaras (BSIS). BSIS dibentuk oleh konsorsium dengan porsi saham PT Persada Utama Infra 52%, PT Jasa Marga (Persero) Tbk 25%, PT Adhi Karya (Persero) Tbk 12%, dan PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) 10%.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Wilan Oktavian mengatakan, Jalan Tol ini merupakan prakarsa badan usaha atau unsolicited yang telah melalui tahapan proses yang cukup panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prakarsa dilanjutkan dengan pengadaan pada tahun 2022 dan diikuti dengan beberapa tahapan antara evaluasi teknis, finansial, dan legal. Hingga akhirnya, tetapan pemenang pada bulan Juli 2024," kata Wilan, dalam acara Penandatanganan PPJT Tol Bogor-Serpong di Kantor Kementerian PU, Jakarta Selatan, Jumat (3/10/2025).
Wilan mengatakan, prosesi penandatanganan ini dapat dilakukan menyusul keluarnya surat keputusan kelayakan lingkungan hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup (LH). Dengan ditekennya PPJT, proyek tersebut bisa segera dimulai.
"Berdasarkan rencana implementasi yang telah disusun bersama, pembangunan tol ini dijadwalkan akan dimulai dengan pengadaan tanah dan diharapkan konstruksinya dapat dimulai pada bulan Oktober 2026 dan ditargetkan selesai pada Agustus 2028. Untuk mencapai target tersebut, insyaallah pengadaan tanahnya akan kita mulai di awal tahun 2026 ini," jelasnya.
Proyek Jalan Tol Bogor-Serpong via Parung rencananya akan memiliki panjang 32,03 km. Jalan tol ini terdiri dari 27,83 km di provinsi Jawa Barat, 4,2 km di provinsi Banten, dan terbagi menjadi 4 seksi.
Rinciannya antara lain Seksi 1 Junction Salabenda sampai Simpang Susun (SS) Pondok Udik sepanjang 3,97 km. Seksi 2 Simpang Susun Pondok Udik sampai Simpang Susun Putat Nutug sepanjang 9,27 km.
Lalu ada Seksi 3, Simpang Susun Putat Nutug sampai Simpang Susun Rumpin sepanjang 8,23 km. Terakhir ada Seksi 4, Simpang Susun Rumpin sampai Junction Serpong sepanjang 10,56 km.
Jalan tol ini dirancang dengan standar kecepatan 100 km per jam, lebar lajur 3,6 meter, dan konfigurasi 2x2 lajur pada tahap awal yang akan dikembangkan menjadi 2x3 lajur pada tahap akhir, sesuai dengan proyeksi pertumbuhan awalitas di masa mendatang.
Tol ini masuk ke dalam jaringan Jakarta Outer Ring Road (JORR) III dan akan terhubung dengan Tol Serpong-Balaraja di sebelah barat, lalu Tol Bogor Ring Road (BORR), tersambung Tol Depok-Antasari, serta Tol Sentul Selatan-Karawang Barat yang juga akan segera dilelangkan.
Sedangkan dari sisi finansial, investasi dari proyek ini adalah Rp 12,35 triliun. Wilan mengatakan, dana tersebut sepenuhnya berupa dukungan dari badan usaha.
"Biaya investasi ini merupakan keseluruhan biaya pembangunan jalan Tol Bogor-Serpong yang baru yang menikuti perencanaan teknis, pengadaan tanah, konstruksi, hingga pengoperasian, dan insyaallah tanpa menggunakan APBN," ujarnya.
Wilan menjelaskan, proyek tol ini masuk ke dalam skema kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU), dengan menggunakan metode bangun guna serap yang telah banyak dilaksanakan di dalam pembangunan jalan tol Indonesia.
"Pembangunan jalan tol ini diharapkan dapat mendukung konektivitas di Jabodetabek, mendorong pengembangan kawasan sepanjang koridor, menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, serta memberikan dampak multiplier efek yang positif bagi perekonomian regional terutama di Jabodetabek dan sekitarnya," kata Wilan.
Simak juga Video '10 Tahun Trans Sumatera Rintis Kekuatan Baru Ekonomi RI':