Kementerian Perhubungan mempersiapkan strategi untuk mengatasi kemacetan horor di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali di tengah musim liburan Natal dan Tahun Baru.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Aan Suhanan menjelaskan masalah lalu lintas bandara tak jauh berbeda dengan pelabuhan, yaitu keterbatasan area antar jemput, apalagi bila berujung antrean karena peningkatan kepadatan perjalanan.
Aan menjelaskan seringkali permasalahan di luar bandara berakibat ke dalam alur penumpang di dalam bandara. Maka dari itu kecepatan penanganan masalah lalu lintas di luar bandara menjadi penting di tengah kepadatan yang diprediksi akan terjadi.
"Kecepatan penanganan masalah di luar bandara seperti di jalan tol atau jalan akses ke bandara jadi kunci agar tidak terjadi kemacetan luar biasa atau horror traffic," kata Aan dalam keterangannya, Selasa (25/11/2025).
Dalam menangani arus lalu lintas di luar bandara, Aan mendorong semua pihak untuk segera menerapkan rekayasa lalu lintas sesuai tingkat kepadatan. Hal ini mengingat prediksi Injourney Airport yang memproyeksikan pertumbuhan penumpang pesawat di bandara Ngurah Rai pada Nataru kali ini mencapai 13,29% dibandingkan dengan periode Nataru 2024/2025.
Pihaknya menyarankan adanya persiapan rencana rekayasa lalu lintas semacam delay system dan lain-lain untuk mengatasi permasalahan arus di jalan menuju Bandara Ngurah Rai. Fokusnya adalah di titik akses putar balik (u turn) dan persimpangan Tuban.
Rekayasa lalu lintas juga harus disiapkan pada gerbang masuk bandara jika terjadi peningkatan pergerakan. Selain itu juga akan ada pengalihan arus dan penutupan sejumlah ruas jalan di wilayah Kuta saat malam tahun baru 2026.
"Rekayasa lalu lintas yang sudah dipersiapkan tolong disimulasikan sehingga seluruh personil yang akan diturunkan bisa memahami apa yang harus diperbuat ketika menghadapi permasalahan yang kita sudah prediksi. Karena kecepatan bertindak kunci utama menyelesaikan permasalahan di titik-titik krusial," kata Aan.
Kecepatan menangani permasalahan di lapangan, sambung Aan, harus dilakukan dengan koordinasi semua pemangku kepentingan. Aan menyebut koordinasi ini dapat dilakukan dengan membuat posko terpadu fisik maupun posko digital untuk mengintegrasikan data dari aplikasi para stakeholder.
Tidak lupa, Aan juga menekankan pentingnya koordinasi dengan BMKG lantaran adanya potensi cuaca ekstrem selama masa Natal dan Tahun Baru 2025/2026 yang dapat mempengaruhi operasional bandara dan pelabuhan.
"BMKG sudah punya SOP dan parameter kapan harus ditutup bandara karena faktor alam. Jadi kita harus waspadai, karena menurut perkiraan anginnya kuat, hujan lebat, airnya pasang, kita tidak bisa melawan kondisi alam artinya kita juga harus punya contingency plan di bandara dan pelabuhan," tutup Aan.
Simak juga Video: Jelang Nataru, Pemerintah Beri Diskon Tiket Pesawat
(hal/fdl)