Gelaran job fair atau bursa kerja dalam acara Jakarta Job Fest di Gedung Pertemuan Pertamina, Jakarta, Selasa 30 September hingga Rabu 1 Oktober, memuat ragam cerita dari para pencari kerja.
Pada gelaran hari pertama, acara ini membludak dihadiri ratusan pelamar kerja. Antrean masuk pun mengular ke halaman parkir Gedung Pertemuan Pertamina.
Sederet Kisah Pencari Kerja di Job Fest
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Ditemani Anak-Istri Cari Kerja
![]() |
Seorang warga Bogor, Saelan (36), mengikuti gelaran bursa kerja di acara Jakarta Job Fest ditemani dua anak beserta istrinya. Ia mengaku berangkat mengenakan sepeda motor bersama dua anak dan istri dari rumah sekitar pukul 08.00 WIB.
Meski banyak ditolak lantaran usia yang tak lagi muda, Saelan menilai dukungan anak-istri memberinya semangat mencari kerja dalam acara tersebut. Saelan merupakan korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selama menganggur, ia mencari uang sebagai pengemudi ojek online (ojol) dan pengamanan sebuah perumahan di Bogor.
"Semangat. Lebih semangat lagi," ungkap Saelan saat ditemui detikcom di acara Jakarta Job Fest, di Gedung Pertemuan Pertamina, Jakarta, Selasa (30/9/2025).
"Sudah banyak. Sudah lamar sana sini, nggak keterima mulu. Kendala umur soalnya, umurnya sudah 36. Pengalaman ada tapi umur," tambahnya.
2. Puluhan Lamaran Ditolak karena Usia
Meski ketentuan batas usai dalam syarat lamaran kerja telah dihapus pemerintah, fakta di lapangan menunjukkan masih adanya ketentuan tersebut. Hal ini dirasakan langsung oleh Cahyo (52), seorang warga dari Jakarta Timur.
Cahyo mengaku sudah mencari kerja hampir 1,5 tahun. Namun naas, tak kunjung diterima lantaran banyak perusahaan mencari usia-usia produktif di bawah 40 tahun.
"Sudah hampir 1,5 tahun terakhir saya cari kerja, tapi memang kan kembali usia produktif yang dicari itu yang di bawah usia 40. Kenyataannya seperti itu," ungkap Cahyo.
Ia mengaku sudah lebih dari 50 perusahaan yang dilamarnya. Posisi yang dilamarnya pun jauh sudah dari berbagai bidang, seperti marketing, logistik, hingga farmasi. "Kurang lebih ada 50 lebih perusahaan," ungkapnya.
Salah seorang pelamar kerja asal Jakarta, Rizal Syaputra (53), memiliki harapan yang sederhana dari gelaran ini, yakni mendapatkan pekerjaan yang layak. Ia mengaku mencari kerja lantaran dagangannya sepi.
Rizal tak berharap banyak ihwal gaji yang diterimanya kelak. Dengan usianya kini, ia pun pasrah mendapatkan kerja apa saja. "Ya, sesuai dengan yang saya bisa saja," jelasnya.
3. Keluhkan Ketentuan Good Looking dan Pengalaman
Asma Nisa (20), mengeluhkan syarat umum penerimaan kerja, seperti berpenampilan menarik atau good looking dan tinggi badan proporsional. Ia juga Ia mengaku telah banyak melamar kerja di sejumlah perusahaan setahun terakhir.
Persoalannya pun sama, kriteria good looking dan tinggi badan seringkali menjadi penghambatnya dalam mencari kerja. Ia pun berharap gelaran job fair kali ini tidak sekadar formalitas belaka lantaran panjangnya antrean pelamar kerja. Ia juga mengeluhkan
"Udah banyak sih, cuma ya balik lagi ke perusahaannya, mau nerima yang benar-benar kerja atau cuma nyari yang bagus aja," ujarnya.
Serupa tapi tak sama, nasib dua pemuda asal Kuningan Jawa Barat, Juan Aditya Ramadan (19) dan Ali Topan (17), sering kali menerima penolakan karena tidak memenuhi kriteria pengalaman kerja. Pasalnya, kedua pemuda ini merupakan lulusan baru dari sebuah Sekolah Menengah Kejujuran (SMK).
Juan mengaku telah melamar pekerjaan di banyak tempat. Namun, lamaran yang dikirimnya belum juga membuahkan hasil. "4 bulan yang lalu, semenjak lulus sekolah, semenjak pembagian ijazah nyari kerja," jelasnya.
Sementara Ali, mengaku sulit mencari kerja. Menurutnya banyak perusahaan yang mencari kandidat dengan yang berpengalaman. Adapun sebelumnya ia sempat mencicipi kerja paruh waktu di kafe. "Part time di salah satu kafe," singkatnya.