Memasuki pertengahan bulan Desember 2016 ini, hawa-hawa liburan sudah mulai terasa, dan pada musim liburan seperti ini biasanya pasar akan bergerak lebih sepi/stagnan.
Bursa Amerika ditutup melemah tipis 0,4% dikarenakan turunnya saham-saham di bidang keuangan dan industrial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pergerakan pasar dalam waktu dekat diprediksi masih akan terkena sentimen dari kenaikan suku bunga The Fed. Pasca kenaikan The Fed beberapa hari yang lalu, yang menaikkan suku bunga sebanyak 0,25% semua mata tertuju ke Amerika.
Belum lagi, pidato Gubernur Bank Sentral AS The Federal Reserve, Janet Yellen yang memprediksi akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali pada tahun depan.
Hal ini dipicu karena kondisi ekonomi Amerika yang sangat bagus, yang didukung oleh kebijakan-kebijakan presiden terpilih Donald Trump.
Menghadapi hal tersebut, BI mulai menyiapkan 3 pertahanan untuk mengantisipasi dampak hal itu. Pertama, pengaturan bauran kebijakan baik untuk suku bunga, nilai tukar, hingga pengawasan untuk menjaga stabilitas.
Kedua, menerbitkan surat berharga negara (SBN) oleh pemerintah sebesar US$ 3,5 miliar untuk menambah cadangan devisa. Terakhir, membentuk kerja sama dengan bank sentral lainnya, baik bilateral, regional maupun multilateral. Seperti perpanjangan kerja sama dengan Bank of Japan (BOJ) senilai US$ 22,76 milliar pada pekan lalu.
Akankah ini menjadi kesempatan bagi IHSG untuk bisa menghijau setelah keputusan The Fed?
Bagaimana IHSG hari ini?
Di Indonesia, pada perdagangan Jumat 16 Desember 2016, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,44% di level 5.231,652.
Pekan ini, pasar berpotensi untuk bergerak mixed, dengan saham-saham second liner masuk dalam radar kita. IHSG saya lihat masih akan bergerak mixed, dengan potensi di saham-saham second liner seperti TINS, BIRD, APLN dan DSFI.
Suku Bunga The Fed Naik, Harga Minyak Melonjak
Hingga penutupan perdagangan pada Jumat lalu, harga minyak ditutup melonjak menyusul adanya indikasi bahwa produsen minyak utama untuk menarik kembali produksinya.
Di Bursa Berjangka ICE London, minyak brent untuk pengiriman Februari melonjak US$1,19, atau 2,2%, untuk menetap di US$ 55,21 per barel pada penutupan perdagangan Jumat lalu, tidak jauh dari tertinggi 17 bulan US$ 57,89 disentuh sebelumnya dalam seminggu.
Apakah saham minyak akan kembali melaju?
Secara teknikal, jika harga minyak melampaui level US$ 52, minyak berpotensi untuk melaju ke level berikutnya hingga target 60. Meski demikian, saat ini harga saham-saham yang terpengaruh harga minyak masih dalam konsolidasi. Watch ELSA, MEDC dan PTRO.
Salam Profit,
Ellen May (drk/drk)