Demikianlah hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) yang dikutip detikFinance, Jumat (11/8/2017).
Berdasarkan data BI, perlambatan sudah terjadi sejak kuartal IV-2014 yang tadinya mencapai double digit. Kemudian terus turun ke posisi 4,02% pada kuartal II-2016, 4,16% pada kuartal I-2017 dan 3,61% pada posisi sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah merosotnya penjualan properti ini menjadi indikasi ekonomi lesu? BI menyatakan, faktor utama penyebab rendahnya pertumbuhan kegiatan properti ini menurut sebagian besar responden adalah, suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) di perbankan yang masih tinggi. Sehingga mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap rumah hunian.
![]() |
Sementara itu indeks Harga Properti Residensial triwulan II-2017 yang tumbuh sebesar 1,18% (qtq), turun dari 1,23% (qtq) pada triwulan sebelumnya.
Kenaikan harga rumah terjadi pada semua tipe rumah, terutama tipe kecil, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Jabodebek dan Banten. Peningkatan harga rumah terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bangunan dan biaya perizinan. (mkj/dnl)