Ini terkait dengan maraknya jual beli data nasabah perbankan. Termasuk yang baru saja ditangkap oleh Bareskrim Polri beberapa waktu lalu.
"Memang ada juga yang menyamar jadi pegawai bank. Ada yang memalsukan juga menggunakan ID bank dan sebagainya, mereka bertindak seolah mereka adalah SPG bank. Jadi memang ini kehati-hatian dari sisi konsumer juga penting. Kita tahu enggak gampang. Tapi faedahnya seperti itu," katanya saat ditemui di Griya Perbanas, Jakarta, Kamis (23/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia bilang, kerahasiaan data nasabah perbankan sendiri senantiasa dijaga dengan baik dan tak mungkin bocor. Namun hal ini bisa terjadi justru dari masyarakat sendiri.
"Kalau upaya dari bank enggak ada masalah, soalnya dari sisi server-nya secure. Kita benar-benar jaga, firewall kita kuat. Apalagi aplikasi itu kalau enggak diterima, akan kita destroy. Jadi kalau orang bisa interupsi dari bank rasanya kecil kemungkinannya. Jadi yang susah itu saat kita berinteraksi dengan merchant dan SPG ini yang susah," tutur Tiko.
Untuk itu, ke depan perbankan akan bekerja sama dengan regulator untuk mencari tahu bagaimana sebenarnya data ini bisa didapat oleh orang-orang tak bertanggung jawab tersebut.
"Jadi kita harus sosialisasikan lagi kepada masyarakat untuk hati-hati. Kita juga lagi kerjasama dengan regulator mencari ini sumbernya dari mana apakah linkage-nya dari back office apa di front office," pungkasnya. (eds/mkj)