Demikian dikemukakan oleh Direktur Utama BRI Sofyan Basir di sela paparan kinerja BRI kuartal pertama tahun 2009 di Kantor Pusat BRI, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (30/4/2009).
"Krisis sekarang ini kita jadikan tantangan bagaimana kita dapat terus meningkatkan kinerja," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pertumbuhan kredit BRI dari akhir tahun 2008 ke triwulan I tahun 2009 didukung oleh pertumbuhan kredit mikro dan konsumer yang tercatat sebesar Rp 3,91 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 94 persen dari total pertumbuhan kredit BRI tiga bulan pertama di tahun 2009.
Portofolio kredit BRI untuk sektor UMKM mencapai 81,74 persen atau sebesar Rp 135,06 triliun dari total pinjaman sebesar Rp 165,23 triliun. Untuk melayani sektor ini, BRI ditunjang dengan jumlah jaringan lebih dari 5.400 unit kerja di seluruh pelosok Indonesia.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) Bank BRI pada triwulan pertama tahun 2009 mencapai Rp 203,11 triliun atau meningkat sebesar 27,23 persen jika dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama sebesar Rp 159,64 triliun.
Hingga penghujung tahun 2009, bank milik negara tersebut menargetkan pertumbuhan aset sebanyak 22 persen. Saat ini, aset perseroan tercacat sebanyak Rp 250,14 triliun, meningkat sebanyak 24,78 persen dari total aset di kuartal pertama tahun lalu sebesar Rp 200,46 triliun.
Fokus di kredit korporasi
Tahun ini, perseroan akan tetap fokus di penyaluran kredit korporasi. Sektor yang dibidik yaitu sektor agribisnis khususnya sektor perkebunan.
Menurut Direktur Korporasi BRI Sudaryanto Sudargo, total plafon kredit di sektor perkebunan BRI dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 sebesar Rp 12 triliun.
"Tahun ini kita tetap fokuskan kredit korporasi di sektor perkebunan, kita mengucurkan kredit tersebut sejak bulan Desember tahun 2006 namun efektif per tahun 2007," papar Sudaryanto.
Ia mengatakan, setiap tahunnya BRI mengucurkan kredit di sektor tersebut sekitar Rp 3 triliun. Komposisi kredit korporasi BRI disektor perkebunan yang masuk kedalam agribisnis memang paling besar. Tercatat kredit korporasi bank plat merah tersebut di sektor agribisnis sebesar 39,62 persen.
Sudaryanto mengatakan, salah satu kendala dalam penyaluran kredit di sektor tersebut adalah banyak debitur yang terganjal masalah lahan.
"Permasalahannya hanya masalah lahan, yakni seperti sertifikasi, pembebasan lahan, itu belum clear dari daerah," tuturnya.
(ang/lih)