"Karena bank kecil dan punya prospek yang akan ditangani nanti secara profesional, Lippo akan masuk ke situ karena pertama dia (Bank Nobu) butuh pemodal, dan kedua Lippo melihat bank ini bisa dikembangkan," tutur Presiden Direktur Lippo Group Theo Sambuaga kepada detikFinance, Selasa (5/10/2010).
Berdasarkan penelusuran detikFinance, Bank Nobu tidak mempunyai kantor cabang, jadi hanya satu kantor pusat yang terletak di kawasan Jembatan Lima, Jakarta Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Theo juga mengakui, dalam pembelian bank ini, Lippo menggandeng Yantony Nio, CEO Pikko Grup. Lippo masuk melalui PT Kharisma Buana Nusantara (KBN) milik Mochtar Riady yang akan memiliki 60% saham Bank Nobu, dan 40% sisanya akan menjadi milik Yantony.
"Dia (Yantony) mau bekerjasama dengan kita mengembangkan bank ini," ucapnya.
Ke depan, Theo mengatakan, Bank Nobu juga akan segera menjadi perusahaan publik, seperti anak-anak usaha Lippo lainnnya.
"Namun saat ini kami masih fokus untuk operasional pengembangannya," imbuhnya.
Sebagai informasi, Bank National Nobu dahulu bernama PT Bank Alfindo Sejahtera. Pada 12 November 2010 bank tersebut menjelma menjadi PT Bank National Nobu.
Pada tahun 2007, bank tersebut berada pada urutan terakhir yang memenuhi batas permodalan sebesar Rp 80 miliar sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI).
Bank umum non devisa tersebut, per Juli 2010 memiliki portofolio kredit sebesar Rp 1,13 miliar. Sebagian besar dananya berupa modal ditempatkan pada surat berharga sekitar Rp 101,86 miliar.
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank tersebut tercatat sebesar Rp 24 miliar dengan ekuitas Rp 85 miliar.
Berkantor pusat di Jalan KH Moch. Mansyur No. 34 Jakarta Barat, Bank National Nobu sebelumnya dimiliki oleh PT Gunawan Sejahtera yang merupakan pemilik air mineral Ades, Alfi Gunawan merupakan pendiri dari Gunawan Sejahtera.
Namun, untuk memenuhi tenggat waktu ketentuan permodalan minimum bank umum sebesar Rp 100 miliar sampai Desember 2010. Alfi Gunawan harus merelakan bank miliknya tersebut untuk diakuisisi. Pasalnya, para pemegang saham tidak mempunyai likuiditas untuk menambah modalnya.
Akhirnya, PT Kharisma Buana Nusantara yang merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Mochtar Riady seorang pengusaha Indonesia terkemuka yang merupakan pendiri dan presiden komisaris dari Grup Lippo diberikan izin untuk masuk bank tersebut.
Mochtar Riady menyuntik dana sebesar Rp 60 miliar sekaligus mengambil posisi pemegang saham mayoritas di bank yang hanya mempunyai satu kantor tersebut di Jakarta.
Mochtar Riady sebenarnya merupakan 'pemain lama' di perbankan karena sudah berkecimpung sejak tahun 1954 ketika menduduki posisi Direktur di Bank Kemakmuran.
Pada tahun 1989 Mochtar menduduki jabatan tertinggi di Bank Perniagaan dan mempunyai ide untuk melakukan merger dengan Bank Umum Asia. Dari merger tersebut lahirlah Bank Lippo dimana merupakan cikal bakal dari Lippo Grup.
Sampai pada tahun 1999, Mochtar Riady terpaksa harus melepaskan kepemilikan saham mayoritas di Bank Lippo kepada pemerintah terkait dengan rekapitulasi aset bank bermasalah. Namun, dirinya masih menjabat sebagai komisaris utama.
Pada akhirnya, dalam RUPS PT Bank Lippo Tbk pada tahun 2005 Mochtar Riady resmi mengundurkan dari jabatan komisaris utama. Selama lima tahun vakum di industri perbankan akhirnya Mochtar Riady kembali menggeluti bisnis perbankan melalui Nobu Bank. (dnl/qom)