Demikian disampaikan oleh Presiden Direktur Yawadwipa C. Christopher Holm kepada detikFinance, Selasa (7/2/2012).
"Kami telah menyampaikan ketertarikan kepada Bank Mutiara kemarin pagi melalui Danareksa dan telah menindaklanjutinya melalui surat resmi kami pada pagi ini," ujar Holm.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya, kami telah memberikan informasi yang lengkap soal ketertarikan dan strategi kami terhadap Bank Mutiara. Semoga kami diizinkan untuk melakukan due dilligence dan kami percaya pengalaman kami di jasa keuangan selama 20 tahun terakhir akan sangat membantu," tutur Holm.
Dalam salinan suratnya kepada detikFinance, Holm menyampaikan langsung ketertarikannya terhada Bank Mutiara kepada Direktur Utama Danareksa Marciano Herman dan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Firdaus Djaelani.
Yawadwipa memang perusahaan finansial yang belum banyak dikenal di Indonesia. Wajar saja, perusahaan ini ternyata baru dibentuk awal tahun ini, tepatnya pada 9 Januari 2012.
Perusahaan baru tersebut memiliki dua kantor, seperti tertulis dalam situs resminya, yaitu di Jakarta dan Singapura. Alamat lengkap kantor Jakarta di Menara 2 lantai 17 Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara kantornya di Singapura terletak di Singapore Land Tower lantai 37 di jalan 50 Raffles Place.
Yawadwipa saat ini masih dalam proses perizinan untuk meluncurkan Java Fund. Setelah mendapat izin, perusahaan membidik dana kelola hingga US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 9 triliun.
Dana sebanyak itu akan digunakan untuk berbagai investasi di Indonesia. Targetnya, Yawadwipa ingin menjadi perusahaan investasi swasta terbesar di Indonesia.
Yawadwipa juga sudah mengungkapkan ambisi besarnya untuk menjadikan Bank Mutiara seperti BCA. Yawadwipa mengaku ingin mengekor sukses Djarum yang kini menangguk untung besar setelah membeli BCA beberapa tahun silam.
(dnl/qom)