BI: Rata-rata Rupiah Sampai Akhir Tahun 2004 Rp 8.800/US$

BI: Rata-rata Rupiah Sampai Akhir Tahun 2004 Rp 8.800/US$

- detikFinance
Rabu, 15 Sep 2004 11:26 WIB
Jakarta - Deputi Gubernur Senior BI Miranda Goeltom memprediksikan nilai tukar Rupiah selama tahun 2004 secara rata-rata akan mencapai Rp 8.800 per dolar AS. Sementara pada tahun 2005 diprediksikan Rupiah kembali terapresiasi untuk kemudian stabil pada tahun 2006.Miranda mengakui bahwa rata-rata Rp 8.800 per dolar AS itu masih lebih lemah dibandingkan dengan tahun sebelumya. "Namun bila memperhitungkan efektifitas kebijakan stabilisasi nilai tukar yang telah ditempuh BI, serta lancarnya suksesi kepemimpinan nasional menjelang tahun 2004, nilai tukar Rupiah diperkirakan akan lebih baik," ujar Miranda disela-sela debat ekonomi yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di JCC, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (15/9/2004).. Dijelaskan Miranda, perhitungan rata-rata Rp 8.800 per dolar AS itu adalah dengan memperhatikan kemungkinan perubahan arah suku bunga internsional, faktor fundamental ekonomi dan perkembangan risiko non ekonomi ke depan. Sedangkan memasuki tahun 2005, nilai tukar Rupiah diperkuraan akan kembalit erapresiasi dan kemudian kembali stabil apda tahun 2006. Hal itu didukung oleh terbentuknya pemerintahan baru hasil pemilu tahun 2004 yang kredibel dan profesional yang akan menumbuhkan ekspektasi positif baik dari masyarakat internsional maupun domestik. "Prospek nilai tukar pada tahun 2004-2006 diperkirakan akan bergantung pada daya tahan perekonomian makro dalam menghadapi perubahan faktor eksternal dan potensi peningkatan risiko domestik," kata Miranda Selain itu Miranda juga menyampaikan sejumlah proyeksinya yakni untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia secara bertahap akan membaik dimana pada tahun 2006, pertumbuhan ekonomi akan bisa mencapai 6 persen. Tingkat inflasi pada tahun 2004 ini diproyeksikan sebesar 7 persen. Dan pada tahun 2005 akan membaik menjadi 5,6 persen sebagai akibat penguatan nilai tukar Rupiah, penurunan harga minyak dan penurunan harga impor barang manufakturnya.Sementara untuk ekspor non migas pada tahun 2004-2006 hanya akan mampu tumbuh rata-rata 4-5 persen per tahun. Sebaliknya, impor meningkat tajam sejalan dengan menguatnya permintaan domestik terutama konsumsi. Akibatnya, kata Miranda, surplus neraca perdagangan cenderung turun. (qom/)

Hide Ads