Masyarakat Indonesia Konsumtif, Redenominasi Rupiah Bisa Berbahaya

Masyarakat Indonesia Konsumtif, Redenominasi Rupiah Bisa Berbahaya

- detikFinance
Senin, 28 Jan 2013 13:28 WIB
Jakarta - Dengan sifat konsumtif masyarakat Indonesia, dikhawatirkan berdampak buruk jika kebijakan redenominasi diberlakukan. Pasalnya, psikologis yang tertanam di paradigma masyarakat, harga itu murah.

"Kan secara psikologis, murah kan nolnya hilang . Mau beli Android Rp 3 juta, jadi cuma Rp 3 ribu. Beli dua ya," ungkap pelaku usaha dan ekonom Lyra Puspa kepada detikFinance, Senin (28/1/2013)

Menurutnya, secara berkelanjutan keinginan belanja masyarakat akan lebih tinggi. Untuk kalangan menengah dengan kategori masyarakat yang keinginan mempunyai barang mahal namun tabungan rendah, ini akan berdampak buruk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kan repot. Kalau begitu keinginan belanja akan naik. Cenderung murah ya. Ketika murah itu mereka akan lebih banyak membeli. Dan mereka juga akan lebih banyak berutang," paparnya.

Gambaran dari dampak tersebut, lanjut Lyra dapat dijadikan sebagai tantangan buat pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sebagai pengusung kebijakan ini.

"Itu yang terjadi, dan ada efek, karena kita masih ada sifat konsumerisme di kita begitu katakanlah ada tantangan," pungkas Lyra.

Sementara itu dikesempatan yang sama Ekonom Ryan Kiryanto menyatakan masyarakat Indonesia cukup rasional untuk memahami kebijakan. Asalkan sosialisasi juga tepat dilakukan.

cenderung boros, ya gak juga orang rasional. Rp 1.000 sama dengan Rp 1 juta dulu," cetus Ryan.

Ia juga membantah akan adanya inflasi yang dimungkinkan terjadi karena meningkatnya permintaan barang yang berimbas ke kenaikan harga.

"Nggak ada, inflasi itu adalah imbas dari sisi suply and demand. Kalau demand nya tinggi. Suply nya dikit ya inflasi. Karena tidak mengurangi nilai mata uang, jadi gak ada. Itu kuncinya," tutup Ryan.

(dru/dru)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads