Lalu, 21% dari laba bersih tahun lalu atau sekitar Rp 4,44 triliun akan digunakan sebagai cadangan yang bertujuan untuk mendukung investasi.
BRI menetapkan, sebesar 49% dari laba atau sekitar Rp 10,37 triliun, akan menjadi laba ditahan. Seperti diketahui, tahun lalu BRI meraup laba bersih Rp 21,16 triliun.
"Besaran dividen pay-out ratio dan laba ditahan berdasarkan pertimbangan pentingnya perseroan melakukan ekspansi usaha dan kredit guna menangkap peluang BRI di segmen UMKM," kata Direktur Utama BRI Sofyan Basir usai RUPST Tahun 2014, di Gedung BRI, Jakarta, Rabu (26/3/2014).
Sofyan menjelaskan, nilai pembagian dividen yang dibagikan dalam empat tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Di 2010, nilai dividen BRI Rp 93,01 per lembar saham, 2011 mencapai Rp 122,28 per lembar saham, di 2012 mencapai Rp 225,3320 per lembar saham, dan di 2013 mencapai Rp 257,3271 per lembar saham.
"Sebagai pemegang saham mayoritas, total dividen yang diterima oleh pemerintah dari laba bersih tahun buku 2013 menjadi sekitar Rp 3,6 triliun," kata dia.
Adapun, rasio kecukupan modal BRI hingga 2013 tercatat masih sangat kuat yakni sebesar 16,99%, setelah memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Meski demikian, perseroan perlu memperkuat struktur permodalan guna menopang ekspansi kredit maupun usaha perusahaan serta semakin memberikan benefit yang optimal dan pemegang saham.
(drk/dnl)











































