Satelit yang diberi nama BRISAT itu akan menjangkau wilayah layanan Indonesia, dan negara-negara ASEAN, Asia Timur termasuk sebagian Tiongkok, sebagian Pasifik termasuk Hawaii serta Australia Barat. BRISAT akan memiliki 36x36 MHz transponder C-Band dan 9x72 Mhz Ku-band.
BRI membeli satelit tersebut dari perusahaan profesional asal Amerika Serikat, Space Systems/Loral, LLC (SSL). Sementara yang meluncurkannya adalah Arianespace yang merupakan perusahaan dari Perancis.
"Investasnya sekitar US$ 250 juta (sekitar Rp 2,5 triliun) atau bisa lebih rendah sekitar US$ 230 juta," kata Sofyan Basyir ditemui di Kantor Pusat BRI, Bendungan Hilir, Jakarta, Senin (28/4/2014).
Satelit itu akan memiliki 45 transponder, yang akan digunakan BRI untuk keperluan operasional perbankan adalah sebanyak 22-23 transponder. Sedangkan 4 transponder akan diberikan kepada pemerintah Indonesia untuk keperluan pemerintahan, seperti sensus data kependudukan, data pertanian, dan lainnya.
"Sisanya tidak disewakan, karena kamu komunikasi khusus. Mungkin pinjam pakai sama instansi pemerintah kalau dibutuhkan, masih terbuka dengan yang lain, misalnya Telkom, Indosat kita masih bisa," katanya.
Proses desain final dan pembuatan BRISAT akan dilaksanakan di pabrik SSL di Palo Alto, California, yang diperkirakan akan memakan waktu 24 bulan. Sehingga diperhitungkan shipment and launch campaign akan dilakukan 25-26 bulan yang akan datang atau sekitar pertengahan tahun 2016 di Kourou, French Guiana.
(zul/dnl)











































