Dikutip dari Reuters, hari ini rupiah sempat diperdagangkan di Rp 11.825 per dolar AS. Sementara titik terendah perdagangan hari ini adalah Rp 11.780 per dolar AS.
Juniman, Kepala Ekonom BII, memperkirakan rupiah hari ini diperdagangkan pada level Rp 11.750-11.900 per dolar AS. Dia menilai rupiah di kisaran Rp 12.000 per dolar AS masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Juniman, pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir disebabkan oleh 3 hal. Pertama adalah pemulihan ekonomi di AS, sehingga dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia.
Kedua adalah reaksi atas neraca perdagangan yang pada April mengalami defisit cukup dalam, yaitu US$ 1,9 miliar. "Ini membuat pasar punya ekspektasi terhadap kemungkinan membesarnya defisit transaksi berjalan," kata Juniman.
Selain neraca perdagangan yang mengalami defisit, bulan-bulan ini juga merupakan musim pembayaran dividen ke luar negeri sehingga bisa menambah defisit transaksi berjalan. "Kami perkirakan pada kuartal II ini ada US$ 7 miliar yang keluar untuk dividend payment. Ini juga yang menekan nilai tukar rupiah," tutur Juniman.
Pada kuartal II-2014, Juniman memperkirakan defisit transaksi berjalan bisa mencapai 3,2-3,5% terhadap PDB. Naik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,06% PDB.
Faktor ketiga, lanjut Juniman, datang dari dunia politik. Pasar melihat dua pasangan capres-cawapres yang ada yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sudah sama kuat.
"Market sulit melihat siapa yang akan menang. Ini menyebabkan ketidakpastian, sehingga investor cenderung wait and see," ucap Juniman.
Β
(hds/hen)