Melek Keuangan Masyarakat Indonesia Masih di Bawah Singapura dan Malaysia

Melek Keuangan Masyarakat Indonesia Masih di Bawah Singapura dan Malaysia

- detikFinance
Rabu, 02 Jul 2014 11:26 WIB
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong untuk bisa meningkatkan liiterasi atau melek keuangan masyarakat Indonesia. Saat ini, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah, hanya 28%. Jauh dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, bahkan Thailand.

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Kusumaningtuti Soetiono mengakui, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia memang masih rendah. "Literasi keuangan kita masih rendah dibanding Singapura dan Malaysia, bahkan di bawah Thailand. Sekarang baru 28% literasinya" katanya saat acara Training of Trainers Guru Ekonomi SMA Seluruh Indonesia, Materi OJK dan Sektor Jasa Keuangan untuk Kelas X, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Rabu (2/7/2014).

Di Malaysia, tingkat literasi keuangan masyarakatnya mencapai 66%. Sedangkan di Singapura sudah 98%. Sementara Thailand mencapai angka 73%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Titu, sapaan Kusumaningtuti, menjelaskan bahwa untuk meningkatkan melek keuangan masyarakat Indonesia perlu dilakukan langkah konkret. Salah satunya melalui pembaruan kurikulum untuk siswa kelas X dengan menambah materi pengayaan terkait OJK dan industri jasa keuangan.

Program ini diharapkan bisa mengejar ketertinggalan masyarakat Indonesia dalam hal pemahaman soal industri keuangan. "Jadi tidak hanya belajar, tapi praktik. Ada target dalam jangka menengah bisa saingi Malaysia dan Singapura," kata Titu.

Namun, dalam waktu 5 tahun masih sulit untuk menandingi angka literasi negara-negara tetangga itu. "Kondisi geografis kita berbeda. Sekitar 60% masyarakat kita ada di pedalaman, nggak bisa dikaitkan langsung dengan Singapura yang populasinya kecil," terang dia.

Namun begitu, OJK optimistis bisa menjadikan masyarakat Indonesia lebih melek keuangan dan bisa mewaspadai terjadinya tawaran-tawaran investasi ilegal. "Kalau mengerti, akan pandai memilih tawaran-tawaran," ujarnya.

(drk/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads