Aset Perbankan Syariah RI Masih Kalah dari Malaysia

Aset Perbankan Syariah RI Masih Kalah dari Malaysia

- detikFinance
Rabu, 27 Agu 2014 14:18 WIB
Aset Perbankan Syariah RI Masih Kalah dari Malaysia
Jakarta - Aset perbankan syariah di Indonesia masih terbilang minim dibandingkan konvensional. Aset perbankan syariah Indonesia belum mencapai 5%, sementara di Malaysia sudah mencapai 26%.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini aset perbankan syariah di Indonesia masih kalah dengan perbankan konvensional.

"Aset syariah di Malaysia 26%, kita baru 5%. Memang cita-cita untuk membuat aset perbankan syariah di atas 5% itu masih tantangan. Tantangan untuk bagaimana caranya bisa seperti Malaysia, perlu bantuan rekan-rekan untuk bisa mengembangkan pembiayaan dan ekonomi syariah supaya bisa berjalan bersama baik konvensional maupun syariah," ujar Mirza saat ditemui di acara Halal bi Halal Industri Keuangan Syariah di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (27/8/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mirza menjelaskan, ekses likuiditas bank syariah juga masih minim dibandingkan konvensional. BI mencatat, bank konvensional menempatkan ekses sebesar Rp 270 triliun sementara bank syariah hanya Rp 16 triliun.

Keterbatasan instrumen yang ada di Indonesia selama ini menyebabkan bank syariah menempatkan ekses likuiditasnya di luar negeri seperti Malaysia yang memang punya banyak instrumen syariah.

"Jadi bisa dibayangakn 270:16 itu kuenya masih kecil. Tapi pasti bisa tumbuh, dan itu tergantung bagaimana perbankan syariah bisa menerbitkan instrumen-instrumen pendanaan, ada SBI, Fasbi, barusan ini BI terbitkan Term Deposit Valas Syariah," katanya.

Untuk itu, Mirza berkeinginan agar Indonesia bisa menjadi pusat pengaturan perbankan syariah seperti kota Basel di Swiss yang merupakan pusat bagi bank konvensional.

"Kalau di bank konvensional itu ada Basel di Swiss, untuk bank syariah itu ada Islamic Financial Services Board (IFSB) tapi di Malaysia. Nah, mungkin suatu saat nanti kalau bank syariah, asuransi, pasar modal syariah, dan ahli-ahli kita sudah banyak itu (IFSB) kita bisa tarik ke Indonesia," tegas dia.

(drk/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads