Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang Masih Melambat

Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang Masih Melambat

- detikFinance
Kamis, 11 Sep 2014 15:24 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang Masih Melambat
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang masih melambat sampai akhir tahun ini. Perlambatan ini juga terjadi di Indonesia.

"Perlambatan ekonomi emerging market diproyeksikan masih berlanjut yang juga dapat menimbulkan efek rambatan dalam lingkup global," kata Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB OJK Lucky F.A Hadibrata dalam paparan publik yang digelar di kantor OJK, Jakarta, Kamis (11/9/2014).

Meski demikian, ia menilai perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan secara umum berada dalam kondisi yang baik. Penilaian tersebut merupakan kesimpulan Rapat Bulanan Dewan Komisioner OJK yang digelar rutin untuk mengevaluasi perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"September ini dalam kondisi baik, baik untuk pasar modal, perbankan," kata dia

Ia pun mengatakan, dampak perlambatan perekonomian global mempengaruhi perekonomian domestik Indonesia, antara lain perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2014 yang terjadi pada seluruh komponen pengeluaran.

"Konsumsi rumah tangga dan investasi masih bertumbuh meski melambat, sementara terjadi kontraksi pada konsumsi pemerintah, ekspor dan impor," kata dia.

Sementara itu defisit transaksi berjalan triwulan II-2014 melebar, meskipun NPI surplus ditopang transaksi modal dan finansial, di satu sisi inflasi masih terjaga namun terdapat potensi tekanan tambahan.

Lucky menjelaskan, secara global pemulihan ekonomi pada negara maju tetap berlanjut namun tidak merata. Untuk itu, patut dicermati efek rambatan dari normalisasi kebijakan Amerika Serikat (AS) terhadap emerging market.

"Pemulihan ekonomi global berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda," sambungnya.

Menurut Lucky, indikator perekonomian di AS mengindikasikan penguatan pemulihan sementara di Eropa, Jepang sebaliknya termasuk China yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan. Terkait perbaikan indikator ketenagakerjaan di AS tersebut, timbul spekulasi percepatan kenaikan suku bunga yang kemungkinan akan dilaksanakan di semester I-2015.

Selain itu, perubahan stance kebijakan ini mengandung implikasi rambatan berupa perilaku risk off investor dari emerging market berpotensi menimbulkan pembalikan arus modal di pasar keuangan emerging market termasuk Indonesia.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads