Bank Mandiri dan BNI Sama-sama Sehat, Kenapa Harus Merger?

Bank Mandiri dan BNI Sama-sama Sehat, Kenapa Harus Merger?

- detikFinance
Jumat, 06 Feb 2015 09:22 WIB
Jakarta -

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) adalah dua bank milik negara yang bisa dibilang sehat. Laba dan kredit terus tumbuh, poin-poin lain seperti CAR, DPK dan lain-lain juga masih dalam batas yang wajar.

Lalu apa alasan pemerintah ingin menggabungkan kedua bank pelat merah ini? Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan merger ini dilakukan untuk mendorong bank dalam negeri bisa menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sektor keuangan yang akan berlangsung pada 2020 mendatang.

Sebelum melangkah lebih jauh, kita simak dulu kinerja masing-masing bank. BNI mencatat laba bersih pada triwulan III-2014 sebesar Rp 7,61 triliun, naik 16,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 6,54 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktor utama penyumbang laba bersih adalah Pendapatan Operasional yang mencapai Rp 23,68 triliun atau tumbuh 13,0% dibanding triwulan III-2013, di mana Rp 16,39 triliun di antaranya merupakan kontribusi dari pendapatan bunga bersih.

Penyaluran kredit BNI tumbuh 14,1% mencapai Rp 267,94 triliun, dengan komposisi sebesar 75,3% dialokasikan untuk sektor Bisnis Banking dan 19,4% untuk sektor Konsumer & Ritel.

Pertumbuhan kredit BNI dikontribusi dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11,9%, yaitu dari Rp 275,63 triliun pada triwulan III-2013 menjadi Rp 308,33 triliun pada triwulan-III 2014.

Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) BNI naik menjadi 16,2% sedangkan kredit macet alias non performing loan (NPL) turun menjadi hanya 0,5%

Pada periode yang sama, kinerja Bank Mandiri juga mencetak pertumbuhan. Bank berlogo pita kuning itu membukukan laba bersih Rp 14,5 triliun, naik 12,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 12,8 triliun.

Hingga September 2014, laju pertumbuhan kredit Bank Mandiri mencapai 12,4% menjadi Rp 506,5 triliun dibandingkan dengan September 2013 sebesar Rp 450,8 triliun. Atas kinerja tersebut, aset Bank Mandiri pada akhir September 2014 mengalami pertumbuhan year on year sebesar 14,0% menjadi Rp 798,2 triliun.

Sementara Dana Pihak Ketiga yang dihimpun Bank Mandiri tumbuh 14,9% menjadi Rp 590,9 triliun pada September 2014 dari Rp 514,2 triliun di September 2013.

Jika dilihat dari sisi kapitalisasi pasar, kedua bank tersebut memang masih belum bisa bersaing dengan bank-bank ASEAN. Hal ini menjadi alasan pemerintah untuk melakukan konsolidasi antara bank BUMN.

Konsolidasi ini tidak hanya melalui merger, ada opsi-opsi lain yang bisa diambil seperti pembentukan induk usaha BUMN (holding company) sampai akusisi.

Setuju kah Anda dua bank ini bergabung secara merger?

(ang/hen)

Hide Ads