Ekonomi RI Melambat, Perbankan Jangan Diam Saja

Ekonomi RI Melambat, Perbankan Jangan Diam Saja

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Rabu, 27 Mei 2015 11:58 WIB
Ekonomi RI Melambat, Perbankan Jangan Diam Saja
Jakarta - Perekonomian Indonesia di kuartal I-2015 tumbuh 4,7% melambat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 5,2%. Perbankan yang menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi diminta lebih agresif dalam menyalurkan kreditnya, jangan hanya diam saja.

Demikian dikatakan Chief Economist BRI Anggito Abimanyu dalam pemaparannya tentang Tantangan dan Peluang Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2015, Trending Topic 'Perlambatan Ekonomi', di acara Banker Association for Risk Manajemen (BARa) di Menara BTN, Jakarta, Rabu (27/5/2015).

"Para bankir harus sadar kita mengalami risiko berbeda, sekarang kredit perbankan tumbuh single digit, deposito masih 15%, kredit sampai Maret 8%, sangat rendah, ini menyebabkan perlambatan ekonomi. Jadi bank jangan diam saja, cari sektor yang lebih meningkatkan pertumbuhan," jelas dia.

Anggito menyebutkan, sektor perbankan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi, di mana Kredit bank hampir sama dengan spending pemerintah, maka ekonomi tidak akan tumbuh jika perbankan juga tidak tumbuh.

"Tapi bukan berarti suruh tumbuh 20% atau 17%, tapi do lend (beri kredit)! Secara keseluruhan perbankan menjadi penggerak ekonomi, kalau perbankan tidak lending, maka ekonomi juga melambat," terang dia.

Dari sisi makro, kata Anggito, jika perbankan tidak melakukan pinjaman secara agresif, maka ekonomi akan melambat.

Di bulan Maret 2015 saja, pertumbuhan kredit masih di bawah 10%, hanya 8%, itu masih jauh untuk mengejar target kredit Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di tahun ini yang sebesar 15-17%.

Meskipun mendorong penyaluran kredit, Anggito tetap meminta perbankan untuk memilih secara ketat pemberian kreditnya.

Sektor infrastruktur yang tengah digenjot pemerintah, bisa menjadi peluang perbankan untuk menyalurkan kreditnya.

Melalui itu, kata Anggito, akan bisa mendorong kredit di tahun ini paling tidak mencapai angka 13%. Pencapaian kredit 13% bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5%.

"Saya juga memberikan kiat jangan asal beri pinjaman, mitigasi risiko diperbaiki, pemerintah juga agresif dalam proyek-proyek infrastruktur, jadi dilihat. Yang punya potensi sektor pertanian, perikanan, kreatif, sektor infrastruktur, government sector, pendidikan, kesehatan, telekomunikasi. Risiko sektor keuangan netral, tetapi harus diwaspadai kemungkinan reversal," pungkasnya.

(Dewi Rachmat Kusuma/Angga Aliya)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads