Dirut Bank Mandiri Setuju Margin Perbankan Turun, Tapi Ini Syaratnya

Dirut Bank Mandiri Setuju Margin Perbankan Turun, Tapi Ini Syaratnya

Dana Aditiasari - detikFinance
Senin, 22 Feb 2016 11:06 WIB
Dirut Bank Mandiri Setuju Margin Perbankan Turun, Tapi Ini Syaratnya
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Pemerintah berniat menekan net interest margin (NIM) perbankan hingga di bawah 4% dalam beberapa tahun ke depan. Rencana ini menuai pro dan kontra.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin, menjadi salah satu yang mendukung turunnya selisih keuntungan perbankan tersebut. Namun, kata Budi, ada syaratnya dulu sebelumnya perbankan bisa tekan NIM. Bunga Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan pemerintah harus turun juga.

"Itu bagus (NIM jadi 4%) maka jadinya industri perbankan melihat tujuan untuk ini sebenarnya kita kompetitif di market maka bunga di indonesia bisa turun. Cuma butuh sistematis dengan bikin risk rate-nya mesti diturunkan. Misalnya bunga SUN harus turun supaya sama juga dengan negara-negara lain karena itu menggambarkan cost of fund satu negara. Kalau itu turun maka bank akan ikut," kata Budi, ditemui usai peluncuran Mandiri Utama Finance di Menara Mandiri, Jakarta Selatan, Senin (22/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga menyambut baik rencana Otoritas Jasa keuangan (OJK), untuk memberikan insentif kepada perbankan yang berniat menekan NIM. Insentif tersebut akan menjaga likuditas di pasar.

"OJK bijak melakukan insentif, yang penting likuiditas harus dijaga. Kalau kita menurunkan bunga tapi tidak jaga likuiditas maka pressure bunganya naik lagi," ujarnya.

Menurut Budi, perbankan yang sehat akan leluasa menurunkan NIM. Lain halnya dengan perbankan dengan modal terbatas.

"Tantangannya nanti, bank mana yang bisa adalah credit cost karena kan NIM untuk cover keuntungan dan biaya, kalau biaya yang besar itu adalah kredit yaitu kredit yang macet. Kalau bank sehat bisa memiliki keleluasaan menurunkan NIM," ujarnya.

Jadi butuh waktu berapa lama supaya NIM perbankan RI bisa turun hingga kisaran 4%?

"Aku rasa tergantung kondisi masing-masing bank, yang paling akan pengaruh 1-2 tahun ke depan berapa besar cost of credit," jelasnya. (ang/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads